Tradisi Sebar Apem Yaqowiyyu Ajarkan Berbagi Kepada Sesama

Ikuti Kami di Google News
Gunungan apem yaqowiyyu
Gunungan apem yaqowiyyu diarak sebelum menjadi rebutan masyarakat di tradisi sebar apem Kiai Ageng Gribig, Jatinom.

Semarang, Idola 92.6 FM – Masyarakat Jawa kental dengan budaya leluhur, yang terus dipegang teguh hingga sekarang. Tidak terkecuali tradisi sebar apem Yaqowiyyu, yang merupakan peninggalan dari Kiai Ageng Gribig Jatinom, Klaten.

Ketua panitia sebar apem yaqowiyyu Ebta Tri Cahya mengatakan tradisi sebaran apem tahun ini, bertepatan dengan empat abad dari penyebaran apem Kiai Ageng Gribig pada waktu itu. Tahun ini, kembali ribuan warga memadati kompleks peninggalan Kiai Ageng Gribig di Desa Kajen, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten kemarin.

Menurutnya, ada nilai-nilai filosofi yang terkandung di dalam sebaran apem yaqowiyyu.

Ebta menjelaskan, ada nilai silaturahim yang ditanamkan dari kegiatan tersebut dan ada nilai sedekah untuk mengajarkan kepada santri dan seluruh masyarakat saling berbagi. Karena, sebagai manusia wajib hukumnya untuk saling tolong menolong.

“Sejarah penyebaran apem itu sudah dimulai sejak tahun 1400an, diawali dari si Mbah Kiai Ageng Gribig saat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan membawa tiga oleh-oleh berupa kue. Ketiga oleh-oleh kue tersebut, tentunya tidak bisa dibagi kepada semua santri waktu itu. Akhirnya, Mbah Kiai Ageng Gribig menyuruh istrinya untuk memperbanyak kue dari tanah Arab tersebut. Tapi, meskipun sudah diperbanyak seperti apapun belum bisa memenuhi semua santri yang hadir. Akhirnya para santri rebutan, dan kemudian kelak menjadi tradisi sebaran apem,” kata Ebta.

Lebih lanjut Ebta menjelaskan, untuk tahun ini panitia sebar apem yaqowiyyu menyiapkan lebih kurang tujuh ton apem dan lebih banyak dibanding tahun sebelumnya yang hanya 5-6 ton. Kue tradisional itu berbahan dasar tepung beras, yang kemudian dimasak menjadi apem dan dibagikan kepada masyarakat lewat tradisi Saparan “Yaa Qowiyyu”.

“Kenapa kemudian dikenal jadi apem yaqowiyyu? Karena, pada saat itu Mbah Kiai Ageng Gribig membagikan ke santrinya sambil melafalkan doa Yaa Qowiyyu,” pungkasnya. (Bud)

Artikel sebelumnyaKejurnas IV Hapkido di Semarang Diikuti 285 Atlet
Artikel selanjutnyaCegah Abrasi, Phapros Tanam Lima Ribu Pohon Bakau