Belajar dari AS, Bagaimana agar Bibit Rasisme tak Tumbuh Subur di Indonesia?  

Semarang, Idola 92.6 FM-Dalam beberapa pekan terakhir, perhatian dunia tertuju pada Amerika Serikat. Di tengah mereka tengah bergulat dengan Pandemi Covid-19—bahkan jumlah korban terbanyak di dunia,  mereka juga menghadapi aksi unjuk rasa disertai kerusuhan buntut dari kematian warga kulit hitam, George Floyd.

Selama 1,5 pekan sejak Floyd tewas pada 25 Mei 2020, kerusuhan yang terjadi memicu penjarahan dan perusakan di berbagai wilayah di kota besar Amerika Serikat. Bahkan, sejumlah wilayah menerapkan jam malam. Aksi solidaritas juga melanda di beberapa negara lain seperti Brazil, Hongkong, Inggris, Prancis, Jerman, Australia, Tokyo, dan Korea Selatan.

Di Amerika Serikat, tercatat, hingga saat ini, lebih dari 10 ribu orang ditangkap di tengah rangkaian unjuk rasa. Sedikitnya 3 ribu orang ditangkap di Los Angeles. Peristiwa ini menandakan bahwa rasisme masih menjadi salah satu ancaman Negara-negara di dunia termasuk di Indonesia. Lantas,  berkaca dari gelombang unjuk rasa anti-rasisme di AS, bagaimana kita memetik pelajaran agar bibit rasisme tak tumbuh subur di Indonesia? Mengulas ini, radio Idola Semarang mewawancara Direktur Riset SETARA Institute, Halili Hasan. (her)

https://anchor.fm/radio-idola/episodes/Wawancara-bersama-mewawancara-Direktur-Riset-SETARA-Institute–Halili-Hasan-ef4lrb