Deflasi Agustus Disumbang Harga Pangan

Iss Savitri Hafid
Iss Savitri Hafid, Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah menyebut, deflasi yang terjadi pada Agustus 2020 disumbang penurunan harga kelompok bahan pangan. Yakni mencapai -1,21 persen, dan semakin dalam dari bulan sebelumnya yang berada di angka -0,92 persen.

Kepala Grup Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Jateng Iss Savitri Hafid mengatakan penurunan harga kelompok bahan pangan itu terjadi pada sejumlah komoditas utama, mulai dari bawang merah dan cabai rawit serta daging ayam ras. Sedangkan cabai merah, menjadi sumber utama terjadinya deflasi di Jateng pada Agustus 2020 karena mengalami penurunan harga sebesar -16,52 persen.

Iss menjelaskan, selain cabai merah juga ada bawang merah yang menjadi penyumbang terbesar deflasi di Jateng. Sebab, beberapa daerah penghasil bawang merah saat ini memasuki masa panen dan menjadi penyebab terjadi penurunan harga komoditas tersebut.

Menurutnya, komoditas daging ayam ras yang juga mengalami penurunan juga dikarenakan terjadi peningkatan pasokan dari peternak tetapi tidak diimbangi dengan kenaikan permintaan dari pasar.

“Berdasarkan data rilis dari BPS, pada Agustus 2020 ini Jawa Tengah kembali mencatat deflasi sebesar -0,03 persen mtm melanjutkan pelemahan laju inflasi Juli 2020 yang tercatat -0,09 persen mtm. Realisasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan rata-rata dalam lima tahun terakhir, sehingga dengan tersebut secara tahunan inflasi Jawa Tengah tercatat sebesar 1,28 persen yoy. Ini lebih rendah dari angka nasional, yang tercatat 1,32 persen,” kata Iss, kemarin.

Lebih lanjut Iss menjelaskan, belum pulihnya daya beli masyarakat dan belum optimalnya sektor usaha katering maupun restoran juga memberi pengaruh anjloknya harga sejumlah komoditas pangan di Jateng. Sehingga, tren penurunan harga komoditas pangan ini masih berlanjut sejak Maret 2020 lalu.

“Kalau di Jawa Tengah, deflasi tertinggi terjadi di Purwokerto sebesar -0,12 persen kemudian disusul Cilacap sebesar -0,09 persen dan Kota Semarang -0,06 persen. Sedangkan Kota Surakarta terjadi inflasi 0,12 persen, Kota Tegal 0,09 persen dan Kudus 0,05 persen,” pungkasnya. (Bud)