Merefleksi Hari Media Sosial di Tengah Pandemi Covid-19

Semarang, Idola 92.6 FM-Selama Pandemi Covid-19, penggunaan media sosial di Indonesia semakin meningkat terutama untuk mencari berbagai informasi terkait dengan penyakit tersebut. Namun, pada saat yang bersamaan masih banyak beredar berita bohong atau hoaks yang menyesatkan. Sehingga, perlu gerakan bersama untuk membangun media social yang sehat bagi publik.

Rabu , 10 Juni lalu, kita memperingati hari Media Sosial Nasional. Bagi para pegiat media sosial (medsos), pakar komunikasi, dan aktivis antihoaks, momen ini dimanfaatkan untuk menggalang gerakan literasi guna mengembangkan medsos yang sehat.

Merujuk Kompas (11/06/20), berdasarkan data Global-webindex yang dipublikasikan pada Januari 2020, ada 160 juta pengguna aktif medsos di Indonesia. Mereka bagian dari 175,4 juta pengguna internet dari 272,1 juta penduduk di negeri ini. Youtube merupakan media sosial yang paling banyak digunakan dengan 140,8 juta pengguna. Medsos yang digunakan terbanyak selanjutnya ialah Whatsapp (134,4 juta pengguna), Twitter (89,6 juta), Line (80 juta), Linkedin (56 juta), Pinterset (54,4 juta), dan Wechat (46,4 juta orang).

Meskipun demikian, banyaknya pengguna medsos ini berjalan seiring dengan peredaran hoaks. Berdasarkan catatan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), pada 2019 bersamaan dengan pelaksanaan pemilihan umum, rata-rata terdapat 100 hoaks per bulan, 60 persen di antaranya soal politik. Saat ini, rata-rata lebih dari 100 hoaks per bulan, sebagian besar terkait pandemi Covid-19. Alih-alih mencerdaskan, hoaks justru menyesatkan publik dengan informasi menyimpang.

Lantas, merefleksi Hari Media Sosial di tengah Pandemi Covid-19, upaya apa yang mesti terus digiatkan untuk memerangi kabar bohong atau hoaks? Guna mendiskusikan ini, radio Idola Semarang mewawancara Co-Founder & Ketua Pemeriksa Fakta Mafindo,  Aribowo Sasmito. (her)

https://anchor.fm/radio-idola/episodes/wawancara-bersama-Co-Founder–Ketua-Pemeriksa-Fakta-Mafindo–Aribowo-Sasmito-efacrl