Bagaimana agar Situasi Terkendali Tak Menjadi “Kuda Troya” dalam Perang Corona?

Covid-19
ilustrasi/istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Alkisah, dalam kisah mitologi Yunani, di tengah euforia kemenangan kota Troya terhadap Yunani pada Perang Troya. Tiba-tiba, Yunani mengirimkan sebuah persembahan kepada kota Troya berpa sebuah patung kuda kayu raksasa.

Oleh para petinggi Troya, kuda tersebut dianggap tak berbahaya dan diizinkan masuk ke dalam benteng yang selama ini tidak dapat ditembus oleh para prajurit Yunani selama kurang lebih 10 tahun perang Troya bergejolak.

Padahal, para prajurit Yunani bersembunyi di dalam Kuda Troya yang berukuran raksasa yang ditujukan sebagai pengabdian kepada Poseidon. Maka, pada malam harinya saat warga terlelap dan prajurit lengah, pasukan Yunani keluar dari perut kuda kayu tersebut dan memporakporandakan serta berhasil merebut kota Troya.

Salah satu pelajaran dari kisah mitologi Yunani tersebut adalah kita tak boleh lengah dan terlena. Seperti halnya kondisi yang kita alami saat ini dalam perang terhadap Covid-19. Pengendalian Covid-19 yang membaik diharapkan tak mengendurkan protokol kesehatan dan pembatasan aktivitas warga.

Sebab, tanpa kewaspadaan, lonjakan bisa kembali terjadi. Hal itu berdasarkan pengalaman beberapa negara yang telah mengalami beberapa kali gelombang kasus Covid-19.

Berdasarkan Indeks Pemulihan Covid-19 Nikkei, peringkat Indonesia dari urutan ke-92 menjadi ke-54. Posisi Indonesia lebih tinggi dari Korea Selatan, Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, dan Thailand. Indonesia menjadi Negara dengan peringkat tertinggi di Asia Tenggara.

Maka, belajar dari kisah Perang Troya, bagaimana strategi untuk tetap meningkatkan kewaspadaan agar kita tak lengah di tengah perang terhadapi Covid-19 yang dinilai semakin terkendali—padahal belum sepenuhnya berakhir?

Bupati Batang, Wihaji mengungkapkan, situasi terkini penanganan Covif-19 di Kabupaten Batang terus membaik bahkan kasus cenderung menurun. Namun, yang menjadi catatannya, kedisiplinan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan masih belum optimal. Kesadaran penuh warga dalam memakai masker misalnya, hanya dilakukan kalau ada petugas. Sehingga, ia khawatirkan hal itu membuat lengah warga, padahal prokes masih sangat penting mengingat Covid-19 belum berakhir.

Hal itu dikatakan Bupati Batang, Wihaji, saat diwawancara radio Idola, Senin 11 Oktober 2021.

“Yang kita (kami-Red) takutkan, dianggap Covid-19 ini selesai, sehingga mental prokesnya tidak tertanam. Harapan saya, prokes ini menjadi gaya baru,” kata Bupati Batang Wihaji.

Senada dengan bupati Batang Wihaji, epidemiolog Lingkungan Universitas Indonesia Prof Budi Haryanto juga menyampaikan, penanganan Covid-19 di Indonesia saat ini bisa dikatakan relatif terkendali. Namun, yang harus diingat Pandemi belum berakhir sehingga disiplin protokol kesehatan mesti menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat.

“Ya, kebiasaan disiplin kita dalam melindungi diri, dalam melaksanakan protokol kesehatan itu yang harus jadi kebiasaan sehari-hari. Sebenarnyua sudah sejak PPKM sampai kemudian betul-betul tidak ada lagi yang membawa virus. Atau tidak ada lagi kasus Covid-19 di Indonesia,” ujar Prof Budi Haryanto.

Selain itu, salah satu celah yang harus tetap diwaspadai, lanjut Prof Budi, adalah kedatangan wisatawan mancanegara atau WNI yang pulang ke Indonesia. Selain itu, juga potensi adanya imigran gelap.

“Sistemnya sudah bagus. Tapi kan kita tidak bisa memonitor semuanya bagi mereka-mereka yang misalnya—imigran-imigran gelap yang masuk lewat laut kemudian mendarat di pantai-pantai yang tidak terawasi. Itu juga masih potensi karena mereka kemudian membaur di masyarakat, kan?” tutur Prof Budi Haryanto.

Jelang Libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, menurut Prof Budi, Pemerintah mestinya bisa belajar dari pengalaman sebelumnya. Penegakan aturan selama pemberlakukan PPKM berlevel harus terus dipastikan untuk menekan mobilitas dan kerumunan warga.

“Sebenarnya kata kuncinya adalah kita sudah berpengalaman mengenai lonjakan-lonjakan kasus ketika peluang berkumpul bersama dengan orang lain itu ada. Itu kita sudah berkali-kali, satu satu setengah tahun lebih kita seperti itu. Trennya menurun tapi tahu-tahu naik lagi,” kata Prof Budi.

Sementara itu, dr Sarwoko Oetomo, Wakil Ketua IDI Jateng menyatakan, agar kita tak terlena dengan situasi Covid-19 yang cenderung terkendali, masyarakat harus terus diingatkan untuk terus menerapkan prokes. Selain itu, target capaian vaksinasi harus terus ditingkatkan.

“Dan yang paling penting selain memakai masker juga vaksinasi. Semuanya diharapkan vaksinasi. Memang ada orang yang takut vaksinasi. Semua harus divaksinasi. Vaksinasi adalah 83 persen untuk mencegah penyebaran Covid-19. Memakai masker sekitar 75 persen untuk pencegahan terkena Covid-19.” Kata dr Sarwoko Oetomo.

Sementara menurut Bupati Batang Wihaji, agar kita tak lengah dan segera bisa memasuki fase endemi, pihaknya akan terus berkomitmen mengingatkan warga di Kabupaten Batang untuk disiplin prokes. Selain itu, juga melibatkan komunitas-komunitas warga untuk meningkatkan cakupan vaksinasi.

“Covid-19 itu sudah menjadi keseharian. Maksud saya, ini harus menjadi sahabat kita. Maka, budaya prokes itu, menjadi tuntutan dan kewajiban kita untuk masa depan. Karena, sampai hari ini, di negara mana pun belum ada solusi yang pasti. Semua negara. Dari sekian ratus negara juga belum ada solusi pasti. Karena itu, kita pastikan bahwa karena belum pasti, maka prokes-lah kata kuncinya,” ujar Wihaji.

Maka, belajar dari Kuda Troya dalam kisah mitologi Yunani, agar kita tak lengah di tengah kasus Covid-19 yang mulai melandai dan cenderung terkendali, tak ada strategi lain kecuali tetap waspada, sigap, dan hati-hati dengan tetap disiplin pada protokol kesehatan. Hal itu, agar keberhasilan penanganan laju penularan Covid-19 sejauh ini, tak menjadi kuda troya di tengah kita masih dalam suasana perang corona sebab, ancaman musuh masih ada di mana-mana dan tak terlihat. (ade/ her)