Ekonomi Domestik Jateng Mulai Tumbuh Positif

Kepala KPw BI Jateng Pribadi Santoso
Kepala KPw BI Jateng Pribadi Santoso membuka kegiatan diskusi virtual tentang Strategi Kebijakan untuk Meningkatkan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Jawa Tengah, Kamis (21/10).

Semarang, Idola 92,6 FM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah mencatat, pertumbuhan ekonomi pada triwulan kedua 2021 sebesar 5,66 persen year on year dan secara nasional tumbuh 7,07 persen year on year. Hal ini menunjukkan, bahwa perekonomian telah menunjukkan indikasi pemulihan yang semakin kuat.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Pribadi Santoso mengatakan setelah empat triwulan berturut-turut sejak 2020 perekonomian nasional dan domestik Jateng mengalami kontraksi, saat ini sudah menunjukkan perbaikan pada triwulan ketiga 2021. Pernyataan itu dikatakannya di sela diskusi virtual tentang Strategi Kebijakan untuk Meningkatkan Akselerasi Pemulihan Ekonomi Jawa Tengah, Kamis (21/10).

Pribadi menjelaskan, perekonomian domestik diperkirakan akan tumbuh positif meski dengan laju yang lebih melambat. Selain itu, kinerja positif ekspor dan investasi diperkirakan juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Jateng dan menahan perlambatan ekonomi lebih dalam.

Menurutnya, membaiknya perekonomian negara tujuan ekspor Jateng juga berdampak positif terhadap industri di Jateng.

“Dengan perkembangan tersebut, perekonomian Jawa Tengah selama 2021 diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 3,5-4,5 persen. Lebih lanjut prospek ekonomi Jawa Tengah pada 2022, diperkirakan akan tumbuh mendekati level sebelum saat pandemi. Dengan semakin luasnya pembukaan sektor ekonomi dan peningkatan ekspor komoditas unggulan Jawa Tengah, dapat menjadi salah satu sumber pemulihan ekonomi dengan didukung penguatan local value change. Sehingga, dapat berkesinambungan dengan pasokan dan nilai tambah ekonomi dapat dilayani lebih baik,” kata Pribadi.

Lebih lanjut Pribadi menjelaskan, di tengah berbagai prospek pertumbuhan ekonomi tersebut harus mencermati berbagai risiko ketidakpastian yang berpotensi menurunkan pertumbuhan ekonomi ke depan.

“Risiko tersebut di antaranya bersumber pada pemulihan ekonomi global yang terjadi tidak merata. Ini yang perlu kita sikapi bersama,” pungkasnya. (Bud)