Mengenal Kedelai Rekayasa Genetika Berbasis Nuklir bersama Arwin, Peneliti Batan

Arwin Peneliti Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional)
Arwin Peneliti Batan (Badan Tenaga Nuklir Nasional) bersama hasil riset/inovasinya kedelai Sugentan. (Photo: Humas Batan)
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola92.6 FM-Lagu lama di negeri ini adalah harga kedelai melonjak dan perajin tempe-tahu, mogok produksi. Kedelai yang selama ini menjadi bahan baku dalam pembuatan tempe-tahu nyaris semua adalah import. Mengapa bisa seperti itu?

Dari tahun ke tahun, pemerintah sepertinya belum menemukan cara untuk mencukupi kebutuhan kedelai dalam negeri. Meski di beberapa wilayah seperti di Grobogan, kedelai bisa ditanam dengan hasil bagus. Tapi tetap saja, perajin tempe-tahu memilih kedelai import.

Kini datanglah kabar menggembirakan. Adalah Arwin, peneliti dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang melakukan inovasi. Kepada radio Idola, ia menceritakan awal mula melakukan penelitian tentang kedelai sejak 7 tahun lalu. Ia mempunyai dua varietas kedelai unggul. Yakni, kedelai Sugentan 1 dan Sugentan 2. Dalam risetnya, dia bertindak sebagai pemulia utama. Itu adalah sebutan untuk peneliti utama di Batan yang khusus meneliti varietas tanaman. Melalui rekayasa genetika berbasis sinar gama, usia tanam lebih singkat/pendek menjadi 65 hari untuk kedelai Sugentan 1, dan 67 hari bagi kedelai Sugentan 2.

Sugentan 1 dan Sugentan 2
Varietas kedelai hasil inovasi/riset Arwin: Sugentan 1 dan Sugentan 2. (Photo: Humas Batan)

Oktober tahun 2020 lalu, dua varietas kedelai inovasi dari Arwin dinyatakan lolos oleh Kementerian Pertanian. Kini, ia menunggu hasil agar dua varietas kedelai tersebut bisa dilepas kepada petani untuk ditanam secara masal.

Selengkapnya, mengenal kedelai rekayasa genetika berbasis nuklir, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Arwin, Peneliti Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). (yes/her)

Dengarkan podcast wawancaranya: