Tingkatkan Daya Tarik, Dinkop Jateng Beri Pelatihan Pengemasan ke Pelaku UMKM

Pelaku UMKM kripik wader
Pelaku UMKM menunjukkan produk kripik wader dengan kemasan masih plastikan dan kemasan sudah diperbarui.

Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah memberikan pelatihan pengemasan kepada 50 pelaku UMKM, yang berada di daerah-daerah bukan zona merah COVID-19. Pelatihan berlangsung selama tiga hari, dan memberikan pemahaman kepada pelaku UMKM tentang pentingnya pengemasan produk dengan baik dan menarik.

Kepala Dinkop dan UMKM Jateng Ema Rachmawati mengatakan dari 300 ribuan pelaku UMKM yang dibina, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap produk-produk yang dihasilkan. Beberapa pelaku UMKM dengan kemasan yang belum baik atau menarik, kemudian diberikan pelatihan khusus tentang pengemasan produk dari tenaga profesional. Pernyataan itu dikatakannya usai menghadiri pelatihan pengemasan produk UMKM di Hotel Ibis Semarang, Jumat (18/6).

Ema menjelaskan, selama pelatihan itu pelaku UMKM diberikan pemahaman tentang arti penting soal kemasan produk sebelum dijual ke pasaran. Sebab, larisnya sebuah produk juga tergantung dari manisnya kemasan yang ditampilkan.

Menurut Ema, apabila pelaku UMKM sudah paham tentang pengemasan yang baik juga akan meningkatkan nilai jual dari produknya.

“Kita berharap memang UMKM-UMKM kita apalagi sekarang sudah digital, kalau enggak dipackaging bagus orang siapa yang yang tertarik beli plastikan. Sehingga, kita sekarang dorong dengan pelatihan packaging ini, harapan kita nanti temen-temen itu pulang sudah membawa dummy packaging dan langsung bisa dicetak,” kata Ema.

Salah satu peserta pelatihan, Mariati, mengaku selama ini memang tidak terlalu memerhatikan kemasan dari produk yang dihasilkan. Dirinya hanya fokus bagaimana produknya cepat laku di pasaran, dan kemudian berproduksi kembali.

Menurutnya, selama ini dirinya hanya menggunakan kemasan plastik yang dikemas tidak terlalu menarik. Namun setelah mendapatkan pelatihan, kemasannya diubah lebih menarik dan tentu saja dengan harga jual lebih mahal namun takaran atau isinya sama.

“Tadinya kemasan saya kurang menarik ya, mungkin kalau kemasan seperti ini (plastik) hanya pasar tradisional. Dengan pelatihan ini Insya Allah saya bisa memasukkan ke pasar modern. Jadi bisa diterima di pasar modern. Kalau yang kemasan lama kan mungkin pasar modern kurang diterima,” ujar Mariati.

Lebih lanjut Mariati menjelaskan, meskipun produknya sudah dikemas dengan baik dirinya masih belum berani berjualan secara online dan hanya mengandalkan reseller saja. Sedangkan untuk pemasaran produknya, masih mengandalkan seperti biasa berjualan secara offline. (Bud)