Wahid Foundation dan Mitra Sekolah Damai Gelar Jateng EduFest 2021: Urip Rukun Jateng Gayeng

Jateng EduFest 2021
Jateng EduFest 2021

Semarang, Idola 92.6 FM – Sebagai upaya penguatan nilai-nilai keberagaman dan perdamaian di lingkungan pendidikan, Wahid Foundation dan Mitra Sekolah Damai menginisiasi kegiatan “Jateng EduFest 2021: Urip Rukun, Jateng Gayeng.”

Acara akan digelar bersamaan dengan peringatan Hari Kartini yang merupakan tokoh Nasional dari Jawa Tengah yang telah mempromosikan pendidikan, yakni pada Rabu, 21 April 2021 mulai pukul 08.00 hingga 13.30 WIB (secara virtual). Diharapkan, kegiatan ini menjadi ajang berbagi cerita baik dan inspiratif yang telah dilakukan oleh Sekolah Damai di Provinsi Jawa Tengah.

Melalui website dan zoom, beberapa narasumber juga dijadwalkan menyampaikan pidato pra diskusi, yakni: Yenny Wahid (Direktur Wahid Fondation), Perwakilan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia, Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah), dan Nadiem Anwar Makarim (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI).

Kemudian, dilanjutkan dengan dua talkshow pada waktu yang bersamaan, pada room I, bertema “Penguatan Budaya Toleransi dalam Lingkungan Pendidikan”. Tema ini diangkat sebagai upaya untuk mengembangkan bina damai di sekolah-sekolah yang terwujud melalui praktik toleransi baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan kelas.

Beberapa narasumber yakni: Jumeri, S TP., M.Si. (Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah), Ayu Kartika Dewi (Staf Khusus Presiden RI), Mujtaba Hamdi (Direktur Eksekutif Wahid Foundation), dan Dr. Hari Wuljanto, M.Pd ( Plt Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah). Dan room II, diskusi cerdas mengangkat tema “Cerita Baik Merawat Toleransi” dengan narasumber: Wirda Mansur (Influencer muda), dan Faye Simanjuntak (Founder rumahfaye).

Pentingnya Terus Mengkampanyekan Budaya Toleransi

Menurut Mauliya Risalaturrohmah, Capacity Building Officer dari Wahid Foundation, festival pendidikan ini diharapkan bisa memberikan inspirasi bagi lembaga pendidikan lain untuk terus – menerus melakukan kampanye budaya toleransi dan promosi perdamaian dalam membangun iklim lingkungan sekolah yang inklusif dan nyaman bagi semua golongan. Untuk itu, tema “Urip Rukun, Jateng Gayeng” dipilih sebagai salah satu entry point untuk mengangkat budaya masyarakat Jawa Tengah dalam festival ini.

Rangkaian kegiatan ini dikemas untuk mengapresiasi upaya – upaya yang dilakukan sekolah untuk mencegah intoleransi dan ekstrimisme kekerasan di lingkungan sekolah serta untuk mengajak sekolah – sekolah lain mempromosikan perdamaian dan keberagaman. Di sela-sela acara juga akan diselingi dengan Pemberian Penghargaan kepada perwakilan 5 sekolah damai, antara lain: Kepala Sekolah Inspiratif, Guru-guru Inspiratif, Rohis Inspiratif, dan OSIS Inspiratif dari 5 Sekolah Damai di Jawa Tengah. Selain itu, juga akan dihelat Deklarasi Sekolah Damai Pro-Toleransi.

Harapan lain, pengembangan budaya damai di Sekolah ini bisa menjadi basis dalam mendorong terbitnya regulasi pendidikan toleransi dan gerakan bersama khususnya di Provinsi Jawa Tengah.

“Sehingga, penyelenggaraan pendidikan di Jawa Tengah berprinsip pada nilai demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia,” kata Mauliya dalam siaran persnya, Selasa (20/04).

Selain itu, melalui kegiatan ini, Mauliya berharap, tumbuh komitmen bersama antara pemerintah daerah dan masyarakat sipil untuk mengembangkan budaya damai di Sekolah melalui Deklarasi Sekolah Damai Pro-toleransi dalam upaya pencegahan intoleransi dan radikalisme di lingkungan pendidikan.

Toleransi Mesti Dimulai dari Lingkungan Masing-masing

Sementara itu, mengenai toleransi dalam kehidupan anak muda Indonesia hari ini, menurut Faye Simanjuntak (Founder rumahfaye), kita beruntung bertumbuh kembang di Tanah Air yang menjadi kampung bagi segala macam suku, agama, dań ras. Pembeda antara anak-anak Gen Z dengan generasi sebelumnya adalah hubungan antar manusia yang lebih mudah terjalin karena keberadaan teknologi.

“Oleh karena teknologi tersebut, kita mendapatkan kesempatan lebih untuk terekspos pada budaya lainnya, dan dapat belajar makna dari kata toleransi — tapi hanya kalau kita ingin mendalaminya,” ujar Faye dalam siaran pers.

Lalu, cara apa yang dapat dilakukan anak muda agar dapat saling bekerjasama dengan penuh toleransi? Menurut Faye, mesti dimulai dari lingkungan kita masing-masing. Selain itu, juga dengan memperhatikan dan mempelajari budaya teman-teman agar dapat memperlakukan mereka dengan hormat. “Gak masalah kalo beda pendapat atau punya kebiasaan berbeda.

Faye menekankan, yang paling penting dalam merawat toleransi adalah hadirkan dialog antar teman tentang hal-hal yang mungkin susah untuk didiskusikan. “Pastikan bahwa dialog-dialog itu berjangka-panjang dan menjadi tempat aman bagi semua untuk bertanya dan belajar! Mesti dimulai dari lingkungan kita sendiri aja dulu!” katanya.

Dimeriahkan Virtual Tour dan Exhibition

Mauliya menambahkan, rangkaian acara selain talkshow, juga meliputi virtual tour, dan exhibition. Dalam virtual tour, akan ada beberapa showcase dalam bentuk virtual tour yang menampilkan beberapa budaya, keberagaman dan keberagamaan yang ada di provinsi Jawa Tengah. Karena dalam pengembangan budaya damai di sekolah, kearifan lokal juga menjadi salah satu pendekatan untuk memperkuat penanaman dan pelestarian budaya.

Kemudian, dalam exhibition akan ada showcase beberapa inisiatif, inovasi, dan kreativitas Sekolah Damai di Jawa Tengah dan mitra Wahid Foundation yang selama ini aktif melakukan promosi perdamaian, toleransi dan keberagaman di lingkungan sekolah.

Saat ini, Sekolah Damai telah memiliki 20 sekolah pada tingkat SMA/SMK Negeri di DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat sebagai pilot program. Di Jawa Tengah ada 5 Sekolah Damai yang menjadi mitra Wahid Foundation antara lain SMAN 11 Semarang, SMAN 7 Semarang, SMAN 10 Semarang, SMAN 13 Semarang dan SMAN 1 Cepiring Kendal.

“Kegiatan ini rencananya akan diikuti oleh 500 – 1000 peserta yang terdiri dari perwakilan Sekolah Se-provinsi Jawa Tengah, akademisi dan praktisi pendidikan, organisasi masyarakat sipil, guru, siswa-siswi SMA, media dan masyarakat umum,” tandasnya. (tim/ her)