Bagaimana Mentransformasikan Kuatnya Tradisi Menyumbang Bangsa Indonesia?

Donation
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Charity Aid Foundation (CAF) menerbitkan laporan tahunan tentang negara dermawan di seluruh penjuru dunia, dimana Indonesia menempati peringkat pertama berdasarkan World Giving Index (WGI) 2022 dengan jumlah presentase 68 persen pada 21 Oktober 2022 lalu.

Hal ini menunjukkan kuatnya tradisi menyumbang kita yang diinspirasi oleh ajaran agama dan tradisi lokal yang sudah dipraktikkan puluhan tahun. Kondisi pandemi ternyata tidak berpengaruh pada minat dan antusiasme menyumbang masyarakat Indonesia dan hanya berdampak pada jumlah dan bentuk donasi yang disumbangkan. Hal itu dikatakan Ketua Badan Pelaksana Public Interest Research and Advocacy Center Hamid Abidin baru-baru ini.

Hamid juga menjelaskan, pengaruh ajaran agama yang kuat juga menjadi salah satu kunci keberhasilan para pegiat filantropi, khususnya Islam melalui Lembaga pengelola Zakat, Infaq, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) dig mana mereka mengembangkan strategi penggalangan sumbangan keagamaan secara konvensional dan digital serta menerapkan standar pengelolaan donasi secara transparan dan akuntable.

Lalu, bagaimana mentransformasikan kuatnya tradisi menyumbang bangsa Indonesia yang diinspirasi ajaran agama menjadi kesolehan dalam spektrum yang lebih luas?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Prof. H.M. Mukhsin Jamil (Wakil Rektor UIN Walisongo Semarang), Arsul Sani (Tokoh / politisi PPP), dan Prof Esmi Warassih Pudjirahayu (Pakar Sosiologi Hukum Universitas Diponegoro, Semarang). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Artikel sebelumnyaMengenal Supardi, Perintis Sanggar Bale Ade di NTB
Artikel selanjutnyaDies Natalis ke-6, Sekolah Vokasi UNDIP Resmikan Teaching Industry