Sektor Pangan Masih Sumbang Inflasi

Rahmat Dwisaputra
Rahmat Dwisaputra, Kepala KPw BI Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM – Komoditas pangan masih menjadi langganan setia, menyumbang laju inflasi di Jawa Tengah. Mulai dari bawang merah, cabai-cabaian dan komoditas lainnya yang dibutuhkan masyarakat. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah memerkirakan, inflasi Agustus 2022 masih terjadi namun tidak setinggi bulan sebelumnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan memang beberapa bulan terakhir, terjadi inflasi yang disumbang kelompok bahan pangan.

Pada Juni 2022 kemarin terjadi inflasi di Jateng sebesar 0,85 persen yang disebabkan kenaikan harga cabai-cabaian dan bawang merah. Sedangkan Juli 2022, terjadi inflasi sebesar 0,51 persen yang masih disumbang kelompok cabai merah, dan bawang merah. Pernyataan itu dikatakan saat ditemui di Hotel Tentrem Semarang, Rabu (31/8).

Rahmat menjelaskan, meskipun menjelang Agustus 2022 ini terjadi kenaikan harga telur ayam namun belum memengaruhi laju inflasi.
Menurut Rahmat, pihaknya bersama dengan TPID Jateng terus melakukan tindakan untuk meredam peningkatan inflasi.

“Insya Allah kita akan masuk musim panen, sekitar September-Oktober. Insya Allah akan melandai inflasinya. Agustus ini perkiraan kita akan lebih melandai dibandingkan bulan Juli kemarin.

Rahmat menyebutkan, Kementerian Dalam Negeri juga sudah mengeluarkan surat edaran tentang penggunaan belanja tidak terduga dalam rangka pengendalian inflasi di daerah.

Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Doni P Joewono menyatakan, memang beberapa bulan ke belakang masih terjadi inflasi yang disebabkan kenaikan harga komoditas pangan. Sehingga, dibutuhkan adanya peran serta masyarakat ikut menekan laju inflasi.

“Hari inflasinya pangan itu sudah naik 11 persen. Sekarang kita fokus di hortikultura untuk menurunkan inflasi,” ucap Doni.

Lebih lanjut Doni mengajak pondok pesantren yang ada di Jateng, bisa menanam komoditas pangan tertentu. Mulai dari cabai, bawang atau komoditas pangan lainnya.

Nantinya, hasil dari komoditas hortikultura yang diproduksi pondok pesantren tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan sendiri tapi bisa juga menyuplai supermarket sekitar.

“Pondok pesantren juga bisa mengambil peran untuk ikut menekan laju inflasi lewat pemenuhan kebutuhan hortikultura sendiri. Sehingga, tidak terpengaruh jika ada kelangkaan komoditas atau kenaikan harga pangan,” tutupnya. (Bud)