Wali Kota Semarang: Sosok Pemimpin Harus Membangun Rasa Aman

Panggung Civil Society Juli 2022
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, seorang pemimpin harus membangun rasa aman bagi mereka yang dipimpinnya. Selain itu, untuk membangun kota, tidak perlu sosok seperti Superman namun supertim. Hal itu dikatakan wali kota dalam Panggung Civil Society dengan tema “Leaders Eat Last” yang diselenggarakan radio Idola Semarang, Selasa (19/07) pagi di Hotel @Home Semarang. (Photo/Randang Yesha)

Semarang, Idola 92.6 FM – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi menyatakan bahwa seorang pemimpin harus membangun rasa aman bagi mereka yang dipimpinnya. Selain itu, untuk membangun kota, tidak perlu sosok seperti Superman namun supertim. Bersama supertim kinerja pemerintahan akan bekerja secara totalitas.

Demikian dikatakan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi dalam talkshow Panggung Civil Society dengan tema “Leaders Eat Last” yang diselenggarakan radio Idola Semarang, Selasa (19/07) pagi di Hotel @Home Semarang.

Selain Wali Kota, hadir juga narasumber: Harjanto Halim (CEO PT Marimas Putera Kencana), Billy Dahlan (Presdir PT Dafam Property Indonesia.Tbk), dan Dr Ferdinand Hindiarto (Rektor Unika Soegijapranata Semarang). Acara dipandu penyiar Nadia Ardiwinata.

Menurut Wali Kota, sejak awal menjadi wali kota Semarang ia berpikir, bahwa Pemkot Semarang tidak perlu sosok seperti dalam film bertema hero, Superman.

“Semarang juga tidak perlu wali kota dan wakil wali kota yang hebat. Tetapi, kita perlu Supertim. Dengan bersama ini, seorang wali kota adalah seorang provokator supertim supaya mereka bisa bekerja total,” ujar Hendi, panggilan akrab wali kota.

Kepada jajaran birokrasi di Pemkot Semarang, ia sering menyampaikan, bahwa saat kinerja tim bagus, hal itu karena orang-orang bekerja secara kompak dan bekerja bersama.

“Tapi kalau ada yang keliru dan ada yang kemudian yang membuat kinerja Pemkot tidak baik, orang yang paling disalahkan adalah saya. Itu bagian daripada motivasi ke kawan-kawan,”tutur Hendi.

Mengutip Simon Sinex dalam bukunya Leaders Eat Last, Hendi sepakat bahwa seorang pemimpin harus siap berkorban. Seorang pemimpin harus melindungi anak buahnya, dan membangun rasa aman.

“Jadi, kalau dalam teori tadi, seorang pemimpin harus melindungi anak buahnya, saya setuju. Membangun rasa aman, saya setuju. Karena saya yang bertanggung jawab penuh. Tapi pada saat muncul konteks untuk makan pun harus anak buah dulu (leaders eat last-Red), kita harus lihat situasi. Kalau anak buahnya sudah kenyang, pemimpinya yang lapar, bagaimana?” kata Hendi yang disambut gelak tawa hadirin dalam acara tersebut.

Ia mencontohkan, setiap minggu, saat bertemu masyarakat. Pada saat kegiatan jalan sehat, misalnya, ia kerapkali menjumpai kelucuan pada saat menyantap makanan yang dihidangkan.

“Itu jika saya tak tergerak makan, yang lain tak mau makan. “Monggo silakan dicicipi!” tapi tak ada yang gerak. “Lhoh, kenapa?” Lha bapak belum ngambil,” ujar Hendi sambil tersenyum. (tim/her)

Video Full Panggung Civil Society edisi Juli 2022