Bagaimana Cara Para Orangtua dalam Membimbing Putera-puterinya yang Masih Di Bawah Usia 6 tahun dalam Bermain Gawai?

Ilustrasi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah laju perubahan digital, sejumlah negara maju di Eropa justru memutuskan untuk melambat. Mereka kembali memperkuat pembelajaran berbasis rujukan ke buku teks cetak serta membiasakan murid untuk menulis tangan.

Metode yang oleh sebagian masyarakat global dianggap “jadul” inilah yang dinilai mampu membekali manusia modern, kemampuan literasi yang kuat.

Dilansir Kompas, (12/09), Kementerian Pendidikan Swedia mengumumkan menghentikan pemakaian gawai elektronik di dalam pembelajaran untuk siswa berusia enam tahun ke bawah, mulai tahun ajaran 2023-2024.

Mereka mengeluarkan peraturan agar anak-anak di pendidikan usia dini (PAUD) diajak sering memanfaatkan perpustakaan, bertanya langsung kepada guru guru, serta belajar menulis dengan memperbanyak latihan motorik halus dan kasar secara menyenangkan.

Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Haruskah kita menunggu hingga “mengkaji sendiri” pada saat banyak negara yang sudah memaparkan hasil kajiannya? Bagaimana para guru PAUD dan orangtua murid dalam membatasi anak yang masih di bawah usia 6 tahun ketika mengakses internet?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Prof Hafid Abbas (Guru Besar FIP Universitas Negeri Jakarta, Konsultan Internasional UNESCO untuk Kawasan Asia-Pasifik 1992-1995) dan Yuli Kurniawati Sugiyo Pranoto, S.Psi., M.A., D.Sc. (Lektor Kepala (Ketua Program Studi S2), FIP-Pendidikan Guru PAUD Universitas Negeri Semarang). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: