Bagaimana Memperkuat Kolaborasi dalam Upaya Mengatasi Stunting?

Ilustrasi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Stunting hingga saat ini masih menjadi salah satu masalah genting dalam pembangunan manusia Indonesia. Sehingga, Kementerian Kesehatan menginisiasi kerja lintas kementerian/lembaga untuk mengisi Hari Gizi Nasional, dengan tema: mengatasi persoalan stunting.

Dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional Ke-63 pada 25 Januari lalu, Kementerian Kesehatan mengangkat tema ”Cegah Stunting dengan Protein Hewani”. Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, masa paling rawan anak-anak terkena stunting adalah di atas usia 6 bulan yakni ketika anak mulai mendapat makanan tambahan. Menurutnya, salah satu asupan penting yang harus ada dalam makanan tambahan, adalah protein hewani seperti telur, ikan atau ayam.

Menteri Kesehatan mengungkapkan, angka prevalensi stunting anak di Indonesia turun menjadi 21,6 persen di tahun 2022 dari sebelumnya 24,4 persen pada 2021. Persentase ini turun sebanyak kurang lebih 3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski ada peningkatan pengurangan, Menkes menegaskan angka tersebut masih belum sesuai target yang diharapkan sehingga masih harus diturunkan lagi.

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi dalam jangka waktu lama, paparan infeksi berulang, dan kurang stimulasi. Upaya penurunan stunting ini menjadi program prioritas pemerintah dengan target 14 persen di tahun 2024 mendatang.

Kita tentunya tak bisa meremehkan persoalan ini sebab kegagalan dalam mengatasi stunting ini risikonya tak main-main, yaitu lahirnya generasi yang berdaya pikir rendah sehingga ada yang menyebutnya “the lost generation”.

Lantas, bagaimana memperkuat kolaborasi dalam upaya mengatasi stunting? Aspek kebaruan (novelty) dalam upaya mengatasi stunting tahun ini, Pemerintah mengusung kampanye mengajak warga memanfaatkan protein hewani. Bagaimana pelaksanaan aspek novelty ini, terutama bagi warga yg kurang mampu? Akan adakah subsidi bagi ‘mereka’ yang kurang mampu untuk membeli protein hewani?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: dr Hasto Wardoyo (Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)), Prof Albiner Siagian (Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU)/ Pengajar Epidemiologi Terapan dan Epidemiologi Gizi), dan Dr Edy Wuryanto, M.Kep. (Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: