BI Jateng Dorong Pertanian Digital Guna Tekan Laju Inflasi

Firmansyah
Firmansyah saat memeriksa tanaman hidroponik miliknya di green house.

Semarang, Idola 92,6 FM – Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah terus mendorong masyarakat maupun pemerintah daerah, agar memanfaatkan teknologi guna menciptakan pertanian digital.

Saat ini, era digitalisasi tidak hanya merambah dunia usaha modern saja tapi juga sektor pertanian.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan digitalisasi pertanian mutlak untuk dilakukan, tujuan guna mendukung ketersediaan pangan dan menjaga laju inflasi. Hal itu dikatakan di sela peluncuran Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Jateng di Alun-alun Kauman Semarang, Jumat (14/4) sore.

Rahmat menjelaskan, GNPIP Jateng fokus pada digitalisasi sektor pertanian.

Tujuannya, untuk memerkuat langkah pengendalian inflasi pangan melalui pengendalian dari sisi suplai yang bersifat struktural dan forward looking serta berbasis digital mengedepankan sinergi kebijakan dan kelembagaan.

Menurutnya, GNPIP Jateng merupakan aksi nyata untuk memastikan ketersediaan pasokan dan stabilitas harga pangan di provinsi ini.

Salah satu program unggulannya melalui penyaluran sarana produksi pertanian (green house cabai) untuk 12 Gapoktan di Jateng sert launching learning center digital farming.

“GNPIP Jawa Tengah bertema Sinergi dan Inovasi untuk ketahanan pangan melalui digitalisasi pertanian Jawa Tengah. Yaitu gerakan tanam dengan fasilitas green house, replikasi Permadi Tandur. Kependekan dari pertanian menggunakan digital, petani dadi makmur. Serta pembentukan digital farming learning center,” kata Rahmat.

Sementara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia Dodi Budi Waluyo menambahkan, teknologi pertanian dengan memanfaatkan digitalisasi diharapkan mampu menjawab tantangan masa depan.

Terutama, dalam hal menjaga stok ketersediaan pangan dan pergerakan harga di pasaran.

Menurutnya, pada Maret 2023 kemarin inflasi Jateng menunjukkan perkembangan positif.

Namun demikian, tetap harus waspada terhadap segala bentuk kendala dan risiko alam yang bisa berdampak pada sektor pertanian.

“Kita perlu tetap waspada dengan indikasi peralihan cuaca ekstrem dan iklim yang tidak ramah serta berdampak pada pertanian. Berbagai kebijakan mitigasi tepat harus dilakukan, agar daya beli masyarakat terjaga,” ucap Dodi. (Bud)