Dari Sampah, Umi Bisa Bergelar Hajah

Umi Nasiah
Ketua Bank Sampah Ngudi Lestari, Umi Nasiah (kanan) saat menimbang sampah barang bekas dari salah satu nasabahnya.

Semarang, Idola 92,6 FM – Pagi itu, hati Umi Nasiah senang bukan kepalang.

Diterimanya pengumuman dari Kementerian Agama, jika dirinya bisa berangkat menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.

Umi tidak menyangka, jika pagi itu doanya dikabulkan Tuhan dan bisa mengunjungi rumah Tuhan yang menjadi harapan serta impian umat Islam di seluruh dunia.

Penantian yang ditunggunya sejak lama itu tiba, dan air mata mulai mengalir di guratan keriput pipinya.

Tangis haru tidak bisa disembunyikan Umi, karena ia bisa menunaikan rukun Islam yang kelima itu.

Alhamdulillah tidak menyangka ya, mas. Apa yang saya cita-citakan selama ini bisa terwujud pergi haji,” kata Umi saat ditemui di kantor Bank Sampah Ngudi Lestari di Kelurahan Tinjomoyo, Kecamatan Banyumanik belum lama ini.

Umi mengatakan keuletan dan rajin mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang itu, bisa mengantarkannya ke Tanah Suci.

Padahal, saat itu dirinya sama sekali tidak pernah berpikiran dari apa yang dikumpulkan bisa membawanya menjalankan ibadah haji.

”Dari sampah-sampah yang saya kumpulkan dan ditimbang di bank sampah kemudian masuk ke tabungan emas. Tidak disangka, kalau selama ini sudah mencapai 3,5 gram emas di tabungan,” jelasnya.

Umi yang juga sebagai Ketua Bank Sampah Ngudi Lestari menjelaskan, ada program dari Pegadaian terkait kuota haji lewat tabungan Arrum Haji.

Program itu kemudian dimanfaatkannya, dan dirinya bisa berangkat ke Tanah Suci.

Menurutnya, sampah-sampah dari barang bekas di rumahnya yang dikumpulkan itu mampu menjawab doa-doanya selama ini.

”Pas mau daftar ke tabungan haji itu saya dibantu agen Pegadaian yang tidak lain tetangga sendiri. Setelah prosedur semua terpenuhi, Alhamdulillah saya bisa pergi haji,” kenangnya.

Umi menyebutkan, jika yang dicapainya itu ternyata mengilhami beberapa anggota nasabah Bank Sampah Ngudi Lestari lainnya.

Setahun berikutnya, tercatat ada tiga orang yang mengikuti jejaknya bisa ke Tanah Suci karena hasil mengumpulkan sampah barang bekas.

”Tahun berikutnya ada yang seperti saya bisa menjalankan ibadah haji berkat mengumpulkan sampah bekas. Ternyata, apa yang saya lakukan itu juga menginspirasi orang lain,” ujar Umi.

Lebih lanjut Umi menjelaskan, kehadiran bank sampah di wilayahnya yang merupakan program bina lingkungan Pegadaian itu memberikan dampak positif terhadap warga sekitar.

Umi Nasiah
Ketua Bank Sampah Ngudi Lestari, Umi Nasiah menunjukkan hasil pengolahan limbah sampah yang dijual dan buku tabungan emas.

Pada 2019, bank sampah yang awalnya dikelola warga lewat Dasawisma itu kemudian dilirik Pegadaian dan bisa berkembang sampai sekarang.

”Awalnya kegiatan kita waktu itu pilah sampah tingkat PKK sejak 2018, dan ternyata Pegadaian memberikan kita CSR untuk bank sampah,” ucap Umi.

Salah satu nasabah Bank Sampah Ngudi Lestari, Novi Triana juga mengaku senang ada manfaat menjadi nasabah.

Sampah-sampah yang dipilah dari rumah itu kemudian ditimbang ke bank sampah, bisa menjadi tabungan emas.

Menurutnya, manfaat yang didapatkan itu bisa menjadi tabungan di hari tuanya.

”Saya dan suami itu kan bukan pegawai negeri ya, jadi tidak ada tunjangan pensiunan. Kita kumpulkan dari sampah-sampah bekas terus dibawa ke bank sampah ini bisa jadi tabungan emas,” jelas Novi.

Novi yang membuka usaha fotokopian itu menyebut, jika sampah-sampah yang dihasilkan di tempat usahanya maupun dari limbah rumah tangga itu juga bisa mewujudkan keinginan anaknya.

”Waktu itu anak saya pengen dibelikan motor buat sekolah. Ya saya ambilkan dari tabungan emas dan sisanya pakai uang simpanan,” jelasnya.

Lebih lanjut Novi menyebutkan, ada banyak keuntungan yang didapatkannya menjadi nasabah di Bank Sampah Ngudi Lestari dan memiliki tabungan emas di Pegadaian.

Dengan adanya bank sampah di wilayahnya itu, maka sampah-sampah atau limbah rumah tangga yang bisa didaur ulang tidak terbuang sia-sia.

”Apalagi dengan adanya tabungan emas, warga juga semakin senang dan mengumpulkan sampah dari rumahnya untuk dibawa ke bank sampah. Dampak lebih besarnya adalah lingkungan jadi lebih bersih karena warga segan kalau buang sampah sembarangan,” imbuh Novi.

Sementara itu Umi menambahkan, untuk memberikan harga beli terhadap sampah daur ulang milik warga atau nasabah bank sampah itu pihaknya sudah menentukan harga acuan. Harga acuan yang dipakai itu berdasarkan harga pokok dari pengepul barang bekas.

”Kan kadang harga naik atau turun kita tidak tahu. Jadi kita tidak rugi saat beli sampah atau barang bekas dari warga,” urai Umi.

Terpisah, Kepala Unit Pelayanan Nasabah Pegadaian Karangturi Yuneni Fatma Restuwati menyatakan tabungan emas memang cukup diminati masyarakat dan setiap hari selalu ada warga datang membuka rekening tabungan emas.

Menurutnya, masyarakat juga sudah mulai melek akan emas sebagai investasi aman dan menjanjikan.

Terlebih lagi, tabungan emas dipandang lebih fleksibel dan sewaktu-waktu bisa dicairkan. Selain itu, tabungan emas juga tidak terkena inflasi.

”Tabungan emas juga mengajarkan masyarakat tidak bergaya konsumtif karena tidak seperti tabungan konvensional lainnya. Selain itu tabungan emas juga jadi tabungan investasi jangka panjang,” jelas Yuneni.

Lebih lanjut Yuneni menjelaskan, pihaknya terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk membuka tabungan emas sebagai investasi masa depan.

Tidak harus menjadi nasabah bank sampah di sebuah perkumpulan, tetapi bisa juga pribadi karena ada banyak manfaat bisa didapatkan. (Bud)