Melantai di Bursa Karbon Indonesia, Ini Yang Ditawarkan PLN

Pembangkit milik PLN
Salah satu pembangkit milik PLN yang menerapkan penurunan emisi.

Semarang, Idola 92,6 FM-Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon) telah diluncurkan Presiden Joko Widodo di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 29 September 2023 kemarin, dan PLN ikut ambil bagian melantai di bursa karbon Indonesia.

Dengan potensi yang dimiliki, PLN akan menjadi trader terbesar di bursa karbon Indonesia dengan membuka setara hampir satu juta ton CO2.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan tersebut merupakan bagian langkah PLN, untuk mendukung pemerintah dalam penurunan emisi dan mengakselerasi transisi energi. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, Minggu (1/10).

Menurut Darmawan, PLN Group siap menjadi garda terdepan dalam upaya penurunan emisi melalui peran aktif dalam bursa perdagangan karbon di Indonesia.

Upaya tersebut merupakan wujud komitmen perseroan, dalam melakukan transisi energi di tanah air.

Darmawan menjelaskan, tidak hanya terdaftar di bursa saja tapi PLN juga melakukan perdagangan karbon secara langsung dengan melingkupi tiga dari empat aspek perdagangan karbon.

Yaitu perdagangan emisi secara langsung, offset emisi secara langsung dan perdagangan offset melalui bursa.

Selain itu, PLN sudah memiliki platform PLN Climate Click di mana aktivitas perdagangan karbon baik perdagangan emisi dan offset emisi sudah mulai dilakukan sejak 8 September 2023 lalu.

“Kami terus mendukung pemerintah untuk mengembangkan ekosistem perdagangan karbon. Beberapa pilot project telah kami lakukan, sehingga hari ini sistem perdagangan karbon bisa dilakukan. Kita akan segera melantai di bursa karbon dengan penurunan emisi terbesar,” kata Darmawan.

Lebih lanjut Darmawan menjelaskan, bukti keseriusan PLN dalam memimpin perdagangan karbon di Indonesia adalah dengan mendapatkan Sertifikat Penurunan Emisi (SPE) pertama melalui mekanisme non-konversi dengan mekanisme internasional.

“Saat PLN masuk bursa beberapa waktu ke depan, kami akan langsung menjadi pemilik SPE dengan penurunan emisi terbesar. Kami juga akan meluncurkan aplikasi PLN Climate Click yang sudah siap digunakan untuk carbon trading yang belum dimiliki perusahaan lain,” jelasnya.

Darmawan menyebutkan, unit pembangkit berbahan bakar gas pertama di Indonesia adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Blok 3 Muara Karang akan memimpin langkah pembangkit PLN masuk ke bursa karbon.

PLTGU tersebut telah memiliki SPE gas rumah kaca (GRK) dari Kementerian LHK, dan tercatat berhasil menurunkan karbon dioksida setara hampir satu juta ton pada 2022 lalu.

PLTGU Blok 3 Muara Karang telah menggunakan 100 persen bahan bakar gas yang diregasifikasi dari LNG pada Floating Storage and Regassification Unit (FSRU), dengan menggunakan suplai LNG.

PLTGU tersebut juga dilengkapi dengan teknologi gas turbin terbaru, dan paling efisien yang menggunakan metode Combine Cycle.

“PLN saat ini tidak hanya menyediakan listrik tetapi menghadirkan energi yang rendah emisi. Kami membangun skenario transisi energi yang ambisius melalui Accelerated Renewable Energy Development secara agresif, dengan menambahkan porsi pengembangan energi terbarukan hingga 75 persen di tahun 2040 dengan 25 persen di antaranya dari gas alam,” pungkasnya. (Bud)