Memastikan Penyaluran Solar Subsidi Tepat Sasaran Bagi Nelayan Melalui Microsite

Semarang, Radio Idola 92,6 FM – Jam menunjukkan pukul 17.00 wib, saat Eko Purnomo (39) bersama kawannya tengah sibuk mempersiapkan jaring, cool box dan sejumlah alat tangkap ikan untuk melaut sore itu.

Tak lupa,  ia memeriksa ketersediaan solar,  baik di dalam dua mesin kapal miliknya, serta didalam jerigen sebagai cadangan.

Maklum, karena solar merupakan urat nadi nelayan,  untuk dapat melakukan aktivitas mereka memenuhi kehidupan keluarga.

“Sehari melaut kira – kira ya kebutuhan 60 – 65 liter. Kan perjalanan cuma sejam dari sini, ga jauh – jauh , ”ungkapnya

Untuk mendapatkan solar, Eko yang merupakan warga purwosari, kabupaten Pekalongan memang harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu ke dinas perikanan dan kelautan setempat,  seiring dengan dimulainya kebijakan pembelian BBM bersubsidi dengan menggunakan aplikasi atau microsite.

Namun demikian,  menurutnya hal tersebut tak jadi masalah, selama kebutuhan nelayan untuk mendapatkan pasokan solar tercukupi.

“Ada aplikasi ini jadi lebih mudah dan pelayanannya kan juga cepat ga kayak kemarin – kemarin,” ujarnya

Sementara Baasor (40) warga krapyak lor, Kabupten pekalongan menyebutkan,  untuk mendapatkan solar untuk melaut, ia  biasa mengambil dari stasiun pengisian bahan bakar nelayan (SPBN)  yang telah disediakan oleh pertamina. Selain mudah karena pasokan selalu ada, takaran serta harga juga sesuai dengan ketentuan.

“Sekarang di SPBN cukup membantu.  sebelumnya kalau beli di koperasi,” ungkapnya

Baasor biasa berangkat melaut mulai sore hari hingga subuh, dengan hasil tangkapan yang bervariasi sesuai dengan musim.

“ ya kalau pas tangkapan bagus bisa dapat dapat kurang lebih sejuta. Tapi kalau pas sepi ya cuma dapat 500 ribu, dikurangi beli solar 300 ribu,” ujarnya

Sementara itu manajer SPBB Jasa Mina kota Pekalongan, Indah Wahyu mengatakan, saat ini terdapat 125 kapal yang terdata berhak mendapatkan solar bersubsidi di kota Pekalongan. Menurutnya pendataan itu dilakukan agar penyaluran solar subsidi khususnya untuk nelayan lebih tepat sasaran.

“Hanya kapal maksimal 30 GT yang boleh menggunakan solar bersubsidi, dan harus mendapatkan rekomendasi dari dinas kelautan perikanan. Kita hanya menyalurkan sesuai dengan rekomendasi yang ada,” ungkapnya

Ia memastikan bahwa kebutuhan solar untuk nelayan akan selalui terpenuhi, mengingat kapasitas penampungan solar juga telah disesuaikan dengan kebutuhan.

“selama ini aman, kebetulan tangki kita kapasitasnya 40 ton, jadi sesuai dengan kebutuhan,” ujarnya

Indah mengatakan, permintaan solar nelayan sendiri menurutnya fluktuatif,  mengingat nelayan melaut untuk mencari ikan disesuaikan dengan kondisi cuaca.

“Biasanya triwulan satu rendah, triwulan kedua naik, triwulan ketiga sangat tinggi, nanti triwulan keempat sudah rendah, karena nelayan sudah mengurangi melaut,” ujarnya

Sementara itu Marthia Mulia Asri selaku Senior Supervisor Communication & Relation Patra Niaga Jawa Bagian Tengah mengungkapkan, penerapan penggunaan microsite untuk pembelian solar bersubsidi untuk memudahkan proses audit oleh BPK.

“penggunaan aplikasi ini untuk memudahkan negara mengetahui siapa saja pengguna solar bersubsidi dan kewajarannya. Karena dulu itu kita menggunakan catatan manual dari SPBN atau SPBU. Jadi ini memudahkan proses audit dari BPK,” ungkapnya

Marthia mengatakan, saat ini sudah ada 15 SPBN yang ada di jawa tengah untuk memenuhi kebutuhan solar subsidi bagi nelayan. Rencananya kedepan akan ada dua SPBN tambahan yang akan segera diresmikan yakni di Kota Semarang dan kabupaten Kendal.

“setiap bulan konsumsi SPBN sekitar 216 kilo liter, dan jumlah itu sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan nelayan untuk melaut,” pungkasnya