Penggerak Literasi Didorong Mulai Menulis Buku

Bedah kumpulan cerpen
Suasana bedah kumpulan cerpen Desa Kami yang Membisu karya Akhil Bashiroh di ruang diskusi Kantor Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (19/08) lalu. Foto Dok. Heri C. Santoso

Kendal, Idola 92.6 FM-Penggerak literasi didorong untuk mulai meluangkan waktu menulis buku sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing. Modal membaca banyak buku serta banyaknya pengetahuan dari proses menggeluti literasi selama ini dinilai sudah cukup menjadi bekal bagi para penggiat literasi untuk menulis buku.

“Hanya persoalannya, mau atau tidak?” demikian disampaikan cerpenis Akhil Bashiroh dalam Bedah buku kumpulan cerpen Desa Kami yang Membisu, karya terbarunya di ruang diskusi Kantor Perpustakaan Daerah (Perpusda) Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, Selasa (19/08) lalu. Acara dipandu oleh ibu Sri Winarsih.

Kumcer Desa Kami yang Membisu diterbitkan oleh Penerbit Sangkar Arah Pustaka, Kangkung, Kendal, Juli 2023. Acara tersebut dihelat juga dalam momentum Peresmian Gedung Perpusda Kendal yang saat ini beralamat di Jalan Gajahmada Kelurahan Karangsari Kecamatan Kendal Kota.

Di hadapan puluhan peserta yang mayoritas pengelola TBM, Perpustakaan Desa (Perpusdes) di Kabupaten Kendal, Akhila, panggilan akrab Akhil Bashiroh, mengatakan, menjadi penulis memang tidak mudah. Namun, ketika sudah diniati dan komitmen, hal itu akan menjadi kebiasaan. Hal itu juga bedasarkan pengalaman yang ia rasakan selama ini.

“Awalnya memang berat, tapi jika sudah terbiasa, ia akan menemukan kebahagiaan yang tak didapatkan orang yang tak menulis,” ujar ibu dari Kidung Katarina Namira ini.

Menurut Akhila, bagi orang yang hendak menekuni profesi menulis, harus ada pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran. Pada awalnya, lanjutnya, menulis memang harus dipaksa. Lambat laun akan terbiasa. Baginya, menulis adalah kebutuhan, dan menjadi salah satu bentuk aktualisasi diri.

“Juga bertujuan menerima dan menyadari keadaan diri sendiri dan kemudian dituangkan melalui tulisan. Ini sebagai terapi jiwa dan olah rasa bagi diri saya pribadi sebagai orang yang masih terus berproses menjadi manusia baik,” tutur Juara 1 Event Cerpen Nasional 2023 yang diselenggarakan IPPNU Kabupaten Bandung Barat beberapa waktu lalu.

Photo Bareng
Sejumlah pengunjung berfoto dengan latar belakang Perpusda Kendal yang juga mencatat Rekor MURI sebagai Gedung Perpustakaan Terluas Tingkat Kabupaten di Indonesia. Foto: Istimewa

Akhila bercerita, dirinya lahir di keluarga yang iliterate atau tidak memiliki kemampuan literasi secara memadai. Ia hidup di sekeliling pondok pesantren. Bahkan, ia hampir putus sekolah di sekolah dalam naungan Yayasan Al-Hadi. Namun, semangat juangnya terus menyala.

“Saya ngugemi pepatah, “mimpilah setinggi langit setidaknya kalau jatuh, kau akan jatuh di antara bintang-bintang,” ujarnya perempuan kelahiran Demak, 24 Juni 1994 ini.

Tonggak penting Akhila mulai aktif dan serius di dunia kepenulisan dimulai dari Gunungpati. Ia belajar menulis sejak tahun 2016 di kedai ABG dekat kawasan Kampus Universitas Negeri Semarang (UNNES). Di bawah asuhan sastrawan cum jurnalis Gunawan Budi Susanto, ia mulai menemukan jalan hidup, menjadi penulis sastra, terutama genre cerita pendek.

Dari proses mengikuti kelas cerpen tersebut, ia menerbitkan kumcer Menunggu Kelahiran (KLM, 2017). Saat ini, ia juga aktif di Pondok Baca Ajar di Desa Meteseh dan Komunitas Lerengmedini (KLM) Boja.

Pandemi Covid-19 dan Desa Menjadi Inspirasi

Terkait kumcer Desa Kami yang Membisu, akhila bercerita bahwa sebagian besar ide lahir di saat mengalami Pandemi Covid-19. Beberapa cerita merespons situasi orang-orang saat Pandemi atau berdasarkan kisah nyata (true story) fenomena lingkungan sekitar. Tema lain yang saya angkat juga menyakut kritik sosial atas pembangunan di desa.

“Ada gejala ke depan, bahwa atas nama pembangunan, lingkungan boleh diabaikan. Ini kan sesuatu yang berpotensi ancaman di masa yang akan datang. Apalagi sekarang, kita sudah mengalami Perubahan Iklim,” ujarnya.

Kepada hadirin, Akhila berpesan, untuk menjadi penulis, khususnya Perempuan penulis, kita harus benar-benar pandai bersiasat. Sebab, jika tidak, waktu kita hanya akan habis untuk mengurus persoalan domestik rumah tangga yang tak ada habisnya.

Perpustakaan Megah senilai Rp9,3 Miliar Catat Rekor MURI
Sementara itu, Bupati Kendal Dico M Ganinduto meresmikan Gedung Perpustakaan Daerah Kendal di Kelurahan Karangsari Kecamatan Kendal Kota. Perpustakaan itu dibangun dengan anggaran senilai Rp 9,35 miliar, dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2021.

Perpusda Kendal didesain bukan sekadar tempat untuk meminjam dan membaca buku. Namun, juga menjadi ruang bagi masyarakat untuk memperoleh informasi, pengetahuan, keterampilan, dan pelatihan bermanfaat dalam meningkatkan kesejahteraan.

Beberapa fasilitas yang ada di Perpusda Kendal, antara lain: mini bioskop, ruang teater, ruang baca umum, ruang baca digital, ruang diskusi, ruang baca lansia, ruang pameran, ruang baca anak, ruang podcast, serta dilengkapi musala.

“Dengan adanya gedung tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat Kendal,” kata Bupati Dico.

Dalam sambutannya, Bupati juga menceritakan tentang konsep awal dirinya membangun Perpusda Kendal. Banyak perjuangan dan upaya yang dilakukan sehingga perpustakaan ini bisa terwujud. “Konsepnya adalah, bagaimana seluruh pembangunan yang ada di Kendal itu harus berdampak terhadap peningkatan kualitas Sumber daya manusia, karena tidak ada suatu negara atau daerah yang bisa maju, apabila SDM nya rendah,” kata Bupati.

Ia berharap, Perpusda ini menjadi salah satu ikon yang ada di kabupaten Kendal serta mampu memberikan manfaat yang lebih terhadap masyarakat.

Yang membanggakan, Perpusda Kendal juga tercatat dalam rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai Gedung Perpustakaan Terluas Tingkat Kabupaten di Indonesia dengan nomor urut 11.185. Hal itu disampaikan Perwakilan dari MURI, Sri Widayati.

Sri Widayati mengatakan, gedung perpusda Kendal merupakan gedung terluas tingkat kabupaten. Selain itu Perpusda juga memiliki nilai lebih, diantaranya desain dan fungsional yang tidak hanya mensupport kebutuhan masyarakat dalam layanan membaca, namun juga men-support dalam layanan creative hub bagi kegiatan positif masyarakat.

“Kemudian, sebagian menggunakan material kaca. Sehingga kekinian dan hemat energi dalam pencahayaan. Luas bangunan juga merupakan yang terluas dibandingkan dengan perpustakaan daerah serupa yang ada di kabupaten/kota,” tuturnya.

Gedung Perpusda terdiri dari dua lantai. Dengan luas tanah 4.060 meter persegi. Luas bangunan lantai satu 1.132 meter persegi serta lantai dua seluar 932 meter persegi. “Semoga keberadaan perpustakaan modern ini menjadi jembatan kualitas sumberdaya manusia khususnya untuk Kabupaten Kendal,” tandasnya. (her)

Artikel sebelumnyaPeduli Masyarakat, Polantas Semarang Bagikan Sembako dan Droping Air Bersih
Artikel selanjutnyaMunir “Ada” & Berlipatganda: Aktivis 98 Usman Hamid Luncurkan Lagu Munir