Segini Prediksi BI Jateng Soal Inflasi Sepanjang 2023

Rahmat Dwisaputra
Rahmat Dwisaputra, Kepala KPw BI Jateng.

Semarang, Idola 92,6 FM-Inflasi di Jawa Tengah sepanjang 2023 ini, diperkirakan akan berada pada sasaran inflasi 3,0±1 persen.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng terus berkoordinasi dan bekerja sama dengan para pemangku kepentingan, untuk menyusun berbagai program pengendalian inflasi di provinsi ini.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan untuk menjaga inflasi berada pada rentang target, diperlukan adanya sinergi dan kerja sama untuk program pengendalian inflasi. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.

Menurut Rahmat, program pengendalian inflasi tersebut ditujukan guna menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi barang atau komoditas di tengah proses pemulihan perekonomian pada tahun ini.

“TPID Jawa Tengah akan terus memantau dan mengawasi pergerakan harga komoditas pasaran dan rantai pasok komoditas agar tidak terjadi kelangkaan,” kata Rahmat.

Rahmat menjelaskan, pada Agustus 2023 kemarin Jateng mengalami inflasi sebesar 0,03 persen dan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,20 persen mtm.

Capaian inflasi tersebut sedikit berada di atas nasional, yang pada periode laporan mengalami deflasi sebesar 0,02 persen mtm.

“Secara tahunan, IHK enam kota gabungan di Jawa Tengah pada Agustus 2023 mencapai 3,29 persen yoy atau sedikit berada di atas inflasi nasional yang sebesar 3,27 persen yoy. Hal ini menunjukkan bahwa inflasi gabungan enam IHK di Jawa Tengah masih berada di rentang sasaran target inflasi, yaitu 3,0±1 persen,” jelas Rahmat.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, penurunan tekanan inflasi disebabkan kelompok transportasi.

Pada Agustus 2023, kelompok transportasi mencatatkan deflasi sebesar 0,37 persen mtm setelah di periode sebelumnya mengalami inflasi sebesar 0,51 persen mtm.

Deflasi kelompok transportasi terutama dipengaruhi penurunan tarif angkutan udara.

“Berdasarkan pola musiman, Agustus merupakan periode low season, di mana permintaan terhadap angkutan udara cenderung turun pasca periode liburan sekolah pada Juli lalu. Penurunan permintaan tersebut turut berdampak pada penurunan tarif angkutan udara,” pungkasnya. (Bud)