Stok Kopi Terbatas, Pengusaha Kafe di Jateng Cari Pasokan Bahan Baku Hingga Luar Provinsi

Dua pegawai Identix Coffee Semarang
Dua pegawai Identix Coffee Semarang sedang meracik minuman untuk pelanggan.

Semarang, Idola 92,6 FM – Kebutuhan akan kopi terus mengalami peningkatan, namun tidak mampu terpenuhi akibat penurunan hasil panen dari petani kopi.

Akibatnya, para pengusaha kafe yang menjual kopi sebagai menu utama harus mencari bahan baku dari provinsi lain.

CEO Identix Coffe Semarang Irma Susanti mengatakan selama masa pandemi kemarin, dirinya membutuhkan pasokan kopi sebanyak 50 ton setiap bulannya. Pasokan itu masih bisa dipenuhi dari hasil kebun sendiri di Kabupaten Temanggung. Hal itu dikatakan saat ditemui di tempat kerjanya di daerah Gunungpati, Senin (10/7).

Irma menjelaskan, selama masa pandemi kemarin memang diakui permintaan akan kopi terjadi peningkatan karena orang harus berada di rumah dan terbatas aktivitasnya.

Sehingga, permintaan akan kopi dalam bentuk bubuk atau sudah diroasting maupun green bean itu mengalami peningkatan.

Menurut Irma, setelah pandemi ini tantangan yang dihadapi berbeda karena tingginya permintaan akan kopi tetapi tidak diimbangi dengan ketersediaan pasokan.

Oleh karena itu, guna memenuhi permintaan akan kopi tersebut pihaknya berburu pasokan kopi ke Aceh maupun Jawa Timur dan juga Bali.

“Barangnya langka karena belum panen, sehingga harga green bean kopi melonjak termasuk roasting dan bubuk kopi semakin mahal. Pas pandemi harga kopi robusta itu hanya Rp30 ribuan per kilogram, sekarang bisa sampai Rp100 ribuan per kilogramnya. Arabica lebih gila hampir Rp200 ribuan, padahal saat pandemi hanya Rp70 ribu-Rp90 ribuan,” kata Irma.

Lebih lanjut Irma menyebut, mahalnya harga kopi saat ini karena perkopian di Tanah Air itu tergantung dari panennya.

Selain itu, banyak juga hasil panen kopi di dalam negeri dijual untuk memenuhi kebutuhan negara lain.

“Kopi itu kan tanaman musiman yang panen setahun sekali. Belum lagi kalau misal cuaca tidak mendukung karena sering hujan, maka panen kopi tidak terlalu banyak yang mengakibatkan ketersediaan terbatas untuk memenuhi kebutuhan permintaan,” jelasnya.

Irma berharap, Kementerian Pertanian menangkap keluhan yang dihadapi para pengusaha kafe untuk membantu ketersediaan bahan baku kopi. (Bud)