13 Tahun Merintis Usaha Tanpa Jeda, Begini Nasib Brand Lokal Semarang Setelah Berjaya

Founder Buck
Founder Buck, Lintang Naresworo saat bercerita tentang usahanya membangun brand lokal bisa mendunia.

Semarang, Idola 92,6 FM-Ikhtiar yang tidak pernah berhenti, dilakoni lintang Naresworo selalu Founder Buck, brand pakaian lokal asal Kota Semarang.

Jatuh bangun selama 13 tahun membangun usaha sejak 2011 silam, sekarang sudah bisa dinikmati hasilnya.

Lintang bercerita, saat kali pertama membuka bisnis clothing line belum seramai sekarang ini. Hal itu dikatakan saat membuka cerita kepada Joni, program milik JNE, kemarin.

Menurut Lintang, kala itu bisnis clothing line belum populer terutama di Kota Semarang.

Namun, dirinya mampu menangkap peluang untuk memulai membuka toko dengan brand berkonsep clothing.

“Waktu itu memang brand lokal di Semarang belum banyak. Tahun 2010 saat SMA mau masuk kuliah, belum ada yang brand-nya mengarah ke ‘skate’ banget atau musik banget. Lalu saya buka Buck Store ini, jadi semacam identitasnya,” kata Lintang.

Lintang dalam program Cerita Joni yang dipandu Donna Trisukma menjelaskan, nama brand Buck diambil dari bahasa slang luar negeri yang berarti receh $1 (satu dolar AS).

Artinya, saat ini dirinya mengumpulkan uang kecil atau receh hingga makin lama menjadi banyak atau besar.

“Perjalanan Buck selama 13 tahun ini telah membawa perubahan seiring berjalannya waktu. Terutama dari segmen market Buck yang awalnya masih pada komunitas tertentu seperti skateboarding, musik dan lainnya, kini telah berkembang ke arah fesyen enthusiast,” jelas Lintas.

Lintang menyebut, saat ini segmen semakin luas, sehingga banyak tantangan yang dihadapi.

Terutama di tengah perubahan zaman maka perubahan fesyen juga sama berubahnya, dan mendorong untuk terus berinovasi menghadirkan produk yang sesuai permintaan pasar.

“Dari regenerasi anak mudanya, misal dulu awal beli tahun 2010 dia umur 18 tahun. Tahun 2023, sudah tambah tua jadi interest-nya udah nggak di situ lagi atau lifestyle-nya sudah berubah. Terakhir challenge paling susah adalah menjangkau generasi Z. Ketertarikan mereka ke offline store beda. Kalau ke offline store, sepertinya mereka musti punya story tertentu harus cocok dengan dia banget,” ujar Lintang.

Guna menyasar generasi Z, Lintang mendatangi langsung melalui acara-acara dan kumpul bersama.

“Dari situ kita bisa bikin engagement baru untuk merangkul mereka. Harapan semoga semua inovasi Buck bisa diterima generasi-generasi selanjutnya,” ucapnya.

Saat ini, pemasaran Buck melalui webstore http://buckstore-id.com/ dan akun Instagram @buckstoreid. (Bud)