Bagaimana Bentuk Reformulasi dan Kolaborasi Untuk Memajukan Budaya Literasi Bangsa?

Literasi
Ilustrasi/Istimewa

Semarang, Idola 92.6 FM – Budaya literasi bangsa, sangat penting dalam membangun fondasi sumber daya manusia berkualitas, tetapi sampai sekarang masih menjadi tantangan. Kemajuan literasi di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Sehingga, perlu upaya kolaborasi untuk terus menyusun panduan rencana induk dan peta jalan pembudayaan literasi.

Hal ini menjadi temuan Panitia Kerja Peningkatan Literasi DPR yang dituangkan dalam buku Darurat Literasi Indonesia: Urgensi Reformulasi Sinergi dan Kolaborasi. Buku tersebut merupakan hasil kerja Panitia Kerja Peningkatan Literasi dan Tenaga Perpustakaan.

Menurut Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqih yang juga penulis buku: ada masalah serius dalam membangun budaya literasi bangsa. Hal ini terlihat dari sejumlah pengukuran kemampuan literasi dari dalam dan luar negeri yang masih rendah.

Pada penilaian Program for International Student Assessment (PISA) untuk pelajar berusia 15 tahun selama kurun 2018-2022 menunjukkan kalau hasilnya tidak banyak kemajuan bahkan mengalami penurunan. Di PISA 2022 yang diumumkan tahun lalu, skor membaca justru mengalami penurunan menjadi 359.

Lalu, bagaimana wujud reformulasi dan kolaborasi untuk memajukan budaya literasi bangsa? Panduan rencana induk dan peta jalan seperti apa yang mesti disusun dalam upaya pembudayaan literasi? Selama ini, di mana “celah” yang masih membuat tingkat literasi anak-anak kita belum menggembirakan?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Anggota DPR RI Fraksi PKS sekaligus penulis buku Darurat Literasi Indonesia: Urgensi Reformulasi Sinergi dan Kolaborasi, Abdul Fikri Faqih. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: