BI: Kerugian Tahunan Akibat Cuaca Ekstrem Capai 17 Persen Dari PDB, Maka Green Economic Dibutuhkan

Filianingsih Hendarta
Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta (tengah) usai pembukaan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) dan UMKM Gayeng 2024 di Atrium Mal Paragon, Jumat (26/4).

Semarang, Idola 92,6 FM-Adaptasi perubahan iklim dibutuhkan, dalam upaya menekan kerugian di sektor ekonomi karena cuaca ekstrem.

Data yang ada menyebutkan, jika akibat cuaca ekstrem membuat Indonesia mengalami kerugian sekira Rp545 triliun sampai dengan 2024.

Deputi Gubernur Bank Indonesia Filianingsih Hendarta mengatakan kerugian yang disebabkan cuaca ekstrem, dapat mencapai 10 persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global pada 2050 mendatang. Hal itu dikatakan di acara pembukaan Central Java Investment Business Forum (CJIBF) dan UMKM Gayeng 2024 di Atrium Mal Paragon, Jumat (26/4).

Filianingsih menjelaskan, perubahan iklim merupakan salah satu isu yang penting tidak hanya tingkat global maupun internasional.

Termasuk, dalam pembahasan G20 di India semua negara berkomitmen untuk mengatasi bencana yang ditimbulkan dari perubahan iklim.

Menurutnya, dalam G20 yang diadakan di Brasil juga mengangkat persoalan tersebut dalam kaitannya dengan finansial hijau.

“Jadi kita lihat bahwa seluruh negara G20 ini sepakat bahwa biaya makro ekonomi dari dampak perubahan iklim sangat signifikan. Ini menjadi tantangan bagi upaya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Filianingsih.

Lebih lanjut Filianingsih menjelaskan, kesadaran akan isu dari kegiatan ekonomi yang berkelanjutan juga semakin meningkat di sektor riil.

Ekonomi yang berkelanjutan juga memengaruhi perilaku dari investor global.

“54 persen dari investor global ini memiliki rencana untuk meningkatkan investasinya pada proyek-proyek investasi dengan kategori sustainable Investment. Yang paling diminati adalah renewable energi, dan kedua clean water satination,” pungkasnya. (Bud)