Sepanjang Ramadan, Jateng Alami Inflasi 0,60 Persen

Sejumlah ibu saat membeli telur ayam ras untuk kebutuhan selama bulan puasa.

Semarang, Idola 92,6 FM-Masuk bulan Ramadan kemarin hingga akhir Maret 2024, Jawa Tengah mengalami inflasi sebesar 0,60 persen akibat kenaikan sejumlah harga komoditas.

Komoditas yang mengalami kenaikan harga, lebih didominasi harga daging ayam ras dan telur ayam ras.

Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan selama Ramadan atau pada Maret 2024 kemarin, provinsi ini mengalami inflasi bulanan sebesar 0,60 persen sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Pernyataan itu disampaikan secara daring, kemarin.

Dadang menjelaskan, inflasi terjadi lebih karena disebabkan kenaikan sejumlah harga bahan pokok selama bulan puasa.

Penyumbang terbesar inflasi pada bulan Ramadan adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,50 persen disusul kelompok penyedia makanan-minuman restoran sebesar 0,05 persen serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,03 persen.

Menurut Dadang, ada lima komoditas yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi pada Maret 2024 di antaranya daging ayam ras sebesar 0,15 persen dan telur ayam ras sebesar 0,12 persen dan beras sebesar 0,05 persen.

“Ada beberapa komoditas penyumbang inflasi secara month to month, jadi ada kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam ras yang terjadi di sembilan daerah pencatat inflasi. Ini disebabkan karena tingginya permintaan pada bulan Ramadan serta harga pakan ternak yang tinggi,” kata Dadang.

Lebih lanjut Dadang menjelaskan, selama bulan puasa kemarin harga beras mengalami kenaikan di enam daerah pencatat inflasi di Jateng dan sisanya tiga daerah terjadi penurunan harga beras karena telah memasuki masa panen.

Harga beras yang mengalami kenaikan di enam daerah itu, sebenarnya sudah mulai turun pada pekan terakhir Maret 2024 kemarin.

“Secara rata-rata ini masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata pada bulan Februari 2024,” jelasnya.

Terpisah, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra menyatakan jika kenaikan harga komoditas saat bulan puasa lebih disebabkan karena permintaan cukup tinggi.

Namun, dirinya memerkirakan jika nanti saat Lebaran usai dimungkinkan bisa terjadi deflasi karena penurunan harga komoditas.

“Insya Allah Jawa Tengah terkendali dan rendah inflasinya. Tapi tanda-tandanya sih sudah menurun, dan bahkan mungkin deflasi,” kata Rahmat.

Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, pihaknya juga memprediksi inflasi pada kuartal kedua tahun ini juga diperkirakan tidak terlalu tinggi.

Bahkan, beras sebagai penyumbang inflasi sudah bisa dikendalikan karena masuk panen raya.

“Biasanya setelah hari raya pola konsumsi kembali menurun. Insya Allah lebih terkendali,” tutup Rahmat. (Bud)