Semarang, Idola 92,6 FM-Siswi SMK Ibu Kartini Semarang tampak serius dengan martil kayu, dan fokus memukul-mukul selembar daun di atas kain berwarna putih yang terhampar di atas meja.
Salah satunya adalah Sakura, yang sesekali mengusap keringat di dahinya.
Siswi kelas XI itu mengaku baru kali pertama, membuat batik dengan cara eco print. Hal itu dikatakan saat ditemui di sela kegiatan membatik di salah satu pusat perbelanjaan di Semarang, baru-baru ini.
Menurut Sakura, dirinya dan beberapa temannya diajari guru untuk membuat eco print yang ternyata prosesnya susah-susah gampang.
“Ini pertama kali, mas. Rasanya seru. Bikinnya itu susah-susah seru. Kalau eco print itu apa saya sudah tahu, tapi belum pernah praktiknya,” kata Sakura.
Salah satu guru SMK Ibu Kartini Semarang Eka Wahyu Widyastuti menyebut, kegiatan eco print yang diikuti para siswanya untuk berlatih langsung tidak hanya teori dan bisa memahami langsung tentang tingkat kesulitan dari pembuatan kain batik.
“Kebetulan di sekolah kami ada mata pelajaran produk kreatif, dan anak-anak juga pernah berlatih yang sistem kukus untuk eco print ini. Nah, kebetulan yang sistem pounding ini anak-anak baru belajar,” ujar Eka.
Menurut Eka, antusias dari siswa cukup bagus karena lebih mengena dengan metode belajar secara praktik.
Sementara founder Wastra Batik Semarang Olif menyatakan pihaknya sengaja menggelar workshop eco print di pusat perbelanjaan.
Tidak hanya mengajak siswa sekolah, tetapi juga pengunjung mal ikut diajak serta membuat batik dengan cara eco print.
Olif menyebut, jika eco print merupakan salah satu inovasi tekstil di Indonesia yang ramah lingkungan.
“Kami memakai daun dan bunga yang benar-benar tidak menimbulkan residu. Karena daun-daunan ini kan berasal dari alam ya, jadi benar-benar produk yang ramah lingkungan tidak ada limbah dan terurai di alam,” ucap Olif.
Olif berharap, kegiatan serupa bisa kembali terselenggara dan makin banyak orang tahu tentang teknik membatik menggunakan sistem eco print. (Bud)