Rektor Undip Prof Dr Suharnomo (tiga dari kiri) saat foto bersama jajaran PLN dan Pelindo usai penandatanganan kerja sama pengolahan limbah di pesisir Demak.

Semarang, Idola 92,6 FM-SDGs Center LPPM Universitas Diponegoro (Undip) bersama PLN dan Pelindo, berkolaborasi nyata mengubah potensi pesisir Kabupaten Demak menjadi kekuatan baru.

Melalui inovasi pemanfaatan limbah, program tersebut tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal dan memberdayakan nelayan serta generasi muda pesisir mandiri dalam perekonomian.

Rektor Undip Prof. Dr. Suharnomo mengatakan kegiatan tersebut menjadi wujud nyata komitmen lembaga perguruan tinggi, dalam pengabdian kepada masyarakat dengan fokus memberdayakan komunitas pesisir khususnya di Demak. Pernyataan itu disampaikan usai penyerahan bantuan Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) bertajuk ‘Restorasi Ekosistem dan Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Laut dan Pesisir Utara Jawa Tengah’ di kampus Undip, kemarin.

Suharnomo menjelaskan, kolaborasi dengan lembaga-lembaga strategis dipandang penting untuk mewujudkan masyarakat yang lebih berdaya dan sejahtera.

Sebab, bantuan yang diserahkan untuk mendukung keberlangsungan lingkungan pesisir dan ekonomi masyarakat.

“Sebaik-baiknya lembaga adalah yang memberi manfaat bagi masyarakat. Undip berkomitmen agar seluruh aktivitas kampus tidak berhenti di ruang akademik, tetapi sampai ke masyarakat. Kita pasti bisa menjadi yang terdepan, asal kita tidak hanya berhenti pada wacana, tapi benar-benar mengeksekusi dan menjaga komitmen,” kata Prof. Suharnomo.

Manager Komunikasi dan Umum PLN UID Jawa Tengah dan Yogyakarta Joko Hadi Widayat menambahkan, pemanfaatan limbah abu batu bara (FABA) bisa untuk pembangunan terumbu karang buatan.

Program tersebut merupakan langkah inovatif, dalam menjaga ekosistem sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.

“FABA yang selama ini dianggap limbah, kini menjadi solusi yang laris manis di lapangan. Ini adalah bentuk nyata bagaimana limbah bisa memiliki manfaat luar biasa jika dikelola dengan tepat. Kerja sama dengan dunia akademik seperti UNDIP menjadi kunci kesuksesan program-program semacam ini,” ujar Joko.

General Manager Pelindo Cabang Tanjung Emas Semarang Hardianto menyatakan, kolaborasi tersebut telah menunjukkan dampak ekonomi yang nyata.

“Nilai dari program ini bisa dilihat dari dampaknya. Produk dari limbah ikan yang dulunya hanya bernilai jual Rp 2.500 kini bisa mencapai Rp 10 ribu. Ini menunjukkan keberlanjutan dan potensi pemberdayaan ekonomi lokal yang kuat,” ucap Hardianto. (Bud)

Artikel sebelumnyaPotensi Kawasan Hutan di Jateng Bakal Dioptimalkan
Artikel selanjutnyaMenyoal Keberadaan Ormas, Apa Dampaknya Bagi Masyarakat?