Semarang, Idola 92,6 FM-Manfaatkan mangrove di kampungnya, warga Mangunharjo membatik dengan motif tanaman penahan abrasi tersebut.
Tidak hanya bermain motif mangrove, tetapi juga menggunakan sebagai bahan alami.
Ketua Kelompok Perajin Batik Mangrove Mangunharjo Mufida mengatakan dirinya sudah menggeluti usaha batik mangrove sejak 2012 silam, dan terus mengembangkan usahanya bersama ibu-ibu sekitar Kelurahan Mangunharjo, Kecamatan Tugu hingga sekarang. Hal itu dikatakan saat ditemui di kampungnya, belum lama ini.
Mufida bercerita, awalnya dirinya hanya sebagai ibu rumah tangga biasa pada umumnya.
Namun, saat kampungnya dijadikan lokasi mahasiswa untuk KKN maka ada program pemberdayaan masyarakat dan salah satunya adalah pemanfaatan mangrove.
Menurut Mufida, saat itu para mahasiswa yang sedang KKN memberi pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga cara membatik.
Mufida menjelaskan, karena banyaknya mangrove di kampungnya itu kemudian menjadikan mangrove sebagai bahan pewarna alami untuk pembuatan batik.
“Motif dari batik yang kita buat menggunakan motif mangrove, ada buah mangrove dan juga bakau. Sampai saat ini sudah ada 20an motif batik,” kata Mufida.
Lebih lanjut Mufida menjelaskan, awal usahanya ada 20 orang yang bergabung dan seiring perjalanan waktu hanya bertahan 5-7 orang saja.
“Sekarang kita fokus bikin batik dalam sebulan hanya 24 kain saja. Karena batik alami itu prosesnya lama,” jelasnya.
Mufida menyebut, untuk pemasaran produk batik mangrove tidak hanya lewat media sosial (medsos) tetapi juga hasil kerja sama dengan instansi pemerintah atau swasta.
“Kalau untuk harga dimulai dari Rp250 ribu sampai Rp300 ribu, karena ini (batik) cap,” pungkasnya. (Bud)