Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatat, provinsi ini pada April 2025 kemarin mengalami inflasi bulanan sebesar 1,38 persen.
Inflasi tertinggi secara bulanan terjadi di Kabupaten Rembang dan Kudus sebesar 1,63 persen, dan terendah terjadi di Cilacap sebesar 1,04 persen.
Plt Kepala BPS Jateng Endang Tri Wahyuningsih mengatakan komoditas yang dominan memberikan andil inflasi secara bulanan pada April 2025 antara lain tarif listrik, emas perhiasan, bawang merah, bawang putih dan tarif kereta api serta angkutan udara. Hal itu dikatakan melalui siaran pers secara daring, kemarin.
Endang menjelaskan, komoditas paling dominan memberikan andil inflasi secara bulanan pada April 2025 adalah tarif listrik sebesar 1,10 persen.
Sementara komoditas bawang merah memberi sumbangan inflasi bulanan sebesar 0,06 persen, bawang putih sebesar 0,02 persen, cabai merah dan tempe masing-masing sebesar 0,01 persen.
Menurut Endang, meskipun Jateng mengalami inflasi pada April 2025, tetapi ada sejumlah komoditas menjadi penahan laju inflasi.
Yakni cabai rawit, daging ayam ras, telur ayam ras, bensin dan beras menjadi komoditas yang menyumbang terjadinya deflasi pada April 2025 secara bulanan.
Untuk cabai rawit sebesar 0,10 persen, daging ayam ras sebesar 0,09 persen, telur ayam ras sebesar 0,05 persen dan beras sebesar 0,02 persen.
“Penyumbang terbesar inflasi bulanan April 2025 ini adalah kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga yang utamanya disebabkan oleh kenaikan tarif listrik paskabayar karena telah berakhir diskon listrik yang 50 persen. Inflasi listrik ini tercatat sebesar 38,52 persen,” kata Endang.
Lebih lanjut Endang menjelaskan, seluruh daerah pencatat inflasi di Jateng pada April 2025 mengalami kenaikan harga.
Rembang dan Kudus sebesar 1,63 persen, Kota Tegal dan Kota Semarang masing-masing 1,56 persen dan 1,53 persen.
Disusul Kabupaten Wonogiri sebesar 1,50 persen dan Kota Surakarta 1,19 persen serta Kabupaten Wonosobo sebesar 1,14.
“Purwokerto dan Cilacap menjadi yang terendah, masing-masing sebesar 1,10 persen dan 1,04 persen,” pungkasnya. (Bud)