Bagaimana Meredam Gejolak Global dan Menguatkan Ekonomi Nasional?

Semarang, Idola 92.6 FM – Hingga saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada pembiayaan luar negeri. Hal ini disebabkan sumber pendanaan dalam negeri terbatas. Perekonomian domestik –minimal dalam jangka pendek-menengah, dinilai masih akan rawan terhadap gejolak eksternal. Hal ini merupakan konsekuensi dari struktur ekonomi nasional yang masih sangat bergantung pada pembiayaan luar negeri. Karena itu, mendorong industrialisasi berorientasi ekspor menjadi solusi yang efektif.

Baru-baru ini, harian Kompas menggelar diskusi panel ekonomi bertema ”Mengantisipasi dan Menghadapi Kondisi Ekonomi yang Bergejolak”. Dalam diskusi itu mengemuka, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar dengan penduduk terbesar keempat di dunia.

Dengan kondisi ini, Indonesia perlu banyak membangun dan berekspansi. Artinya, Indonesia butuh banyak dana. Persoalannya, sumber pendanaan dalam negeri kecil. Sumber dana itu berupa pajak, dana pensiun, dana perbankan, dana asuransi, dan dana-dana lembaga jasa keuangan lainnya. Akibatnya, sebagian dana pembangunan dan ekspansi bergantung pada pembiayaan luar negeri.

Berdasarkan data dari BI, utang luar negeri Indonesia pada akhir Januari 2018 mencapai 357,5 miliar dollar AS atau tumbuh 10,3 persen dalam setahun. Utang ini terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 183,4 miliar dollar AS serta utang swasta 174,2 miliar dollar AS. Sekitar 40 persen surat berharga negara (SBN) dimiliki investor asing.

Dengan struktur ini, pemerintah bersama swasta dan BUMN perlu membayar kewajiban-kewajiban luar negeri setiap tahun. Kewajiban itu, misalnya, membayar cicilan bunga utang dan utang jatuh tempo, yang membutuhkan dollar AS sebagai mata uang internasional.

Lantas, di tengah Indonesia masih sangat bergantung pada pembiayaan luar negeri, bagaimana meredam gejolak global dan menguatkan ekonomi nasional? Stimulus atau terobosan apa pula yang dibutuhkan agar struktur ekonomi kita tak selalu menggantungkan suntikan pembiayaan dari luar negeri? Apa pula tantangan terbesar kita dalam menguatkan ekonomi nasional?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Adhi S. Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)) dan Lana Soelistianingsih (Kepala Ekonom Dan Riset PT Samuel Aset Manajemen). [Heri CS]

Berikut diskusinya: