Semarang, Idola 92.6 FM – “Pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tapi juga transfer nilai. Sekolah harus jadi tempat tumbuhnya budi pekerti.” Hal Itu disampaikan Tokoh Pendidikan Indonesia, Prof. Dr. Arief Rachman, M.Pd.
Selama ini sekolah identik dengan pelajaran matematika, bahasa, IPA, dan sebagainya. Namun, pendidikan sejatinya tidak cukup hanya membuat anak pintar secara intelektual. Karena Ilmu tanpa karakter bisa berbahaya. Anak bisa jadi cerdas tapi kalau tanpa kejujuran, ia bisa curang. Dia pintar berbicara tapi kalau tanpa empati, ia bisa menyakiti orang lain.
Nilai dan etika adalah fondasi kepribadian. Di situ ada kejujuran, tanggung jawab, disiplin, rasa hormat, dan kepedulian terhadap sesama. Ada juga toleransi dan kebhinekaan. Ini semua tidak otomatis dimiliki oleh seorang anak tapi harus ditanamkan dan dilatih. Sekolah adalah tempat yang strategis untuk melakukannya. Karena sekolah bukan sekadar naik kelas atau lulus sekolah tapi untuk menyiapkan masa depan anak.
Sementara itu, tidak terasa libur panjang sekolah sebentar lagi usai. Hal itu juga menandakan bahwa peserta didik atau para murid akan segera memasuki kalender pendidikan tahun ajaran baru 2025/2026.
Tahun ajaran baru sesungguhnya bukan sekadar perputaran kalender akademik. Ia adalah ruang harapan yang terbuka kembali bagi guru untuk tumbuh, bagi murid untuk berkembang dan bagi pendidikan itu sendiri. Hal itu berarti bertransformasi untuk proses yang lebih baik.
Lalu, menyongsong Tahun Ajaran Baru 2025/2026, ketika menyiapkan masa depan anak bukan sekadar naik kelas; apa yang harus disiapkan para orangtua atau wali murid? Apa pula yang mesti diperhatikan para guru dalam mempersiapan pembelajaran bagi para murid? Bagaimana pula persiapan pendekatan deep learning yang terus digencarkan oleh Pemerintah?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, Dr. Sadimin, S.Pd., M.Eng dan Pemerhati Pendidikan dari Soegijapranata Catholic University Semarang, JC Tukiman Taruna. (her/yes/dav)
Simak podcast diskusinya: