Lima Hari Sekolah di Jawa Tengah, Efektif atau Membebani?

Photo: Terbitsport

IdolaFM, Semarang – Program sekolah 5 hari akan digulirkan di Provinsi Jawa Tengah. Hal ini menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan. Efektifkah penerapannya? Atau justru membebani siswa dengan padatnya jadwal pelajaran di sekolah?

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melontarkan wacana penerapan lima hari sekolah di Jawa Tengah. Hal itu akan diujicobakan pada awal tahun ajaran baru mendatang. Menurutnya rencana itu bertujuan agar para siswa memiliki waktu belajar yang efektif dan maksimal di sekolah. “Selain itu, orang tua juga memiliki banyak waktu untuk anak-anaknya ketika di rumah,” kata Ganjar yang juga politisi PDI Perjuangan ini.

Wacana tersebut banyak ditanggapi beragam dari sejumlah kalangan. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana atau BP3AKB Jateng Sri Kusuma Astuti menyarankan, agar kebijakan itu tidak menghilangkan hak dasar seorang anak.

Pendapat lain muncul dari anggota Komisi E DPRD Jateng Muh Zen. Menurutnya, wacana penerapannya perlu dikaji lagi. “Selain itu, program ini akan diterapkan untuk jenjang pendidikan apa? Sebab, jika diterapkan di jenjang pendidikan dasar, maka dinilai akan sulit direalisasikan.”

Zen menjelaskan, penerapan sekolah lima hari mungkin bisa diterapkan di tingkat SMK. Hanya saja, penerapan sekolah lima hari bukan sekadar ajang uji coba. “Apabila gagal, maka kebijakan itu tidak dipakai lagi sehingga saya menyarankan uji coba selama satu tahun penuh, kemudian baru dievaluasi.”

Sementara, tanggapan para orang tua mengenai wacana itu kurang mendukung. Salah satunya adalah Hartuti, warga Pucanggading. Ia memiliki seorang putra yang masih duduk di bangku SMA kelas X. “Lebih baik tetap enam hari sekolah karena anak akan makin banyak bersosialisasi dengan teman sebayanya.”

Setali tiga uang dengan pendapat orang tua, Rizky, pelajar SMK Ki Ageng Giri Mranggen Demak juga tidak setuju kalau sekolah hanya lima hari saja. Jika diterapkan, ia khawatir waktu pulang menjadi lebih lama sehingga akan mengganggu aktivitasnya di sore hari. “Apalagi saya juga belajar di pondok pesantren.”

Meski demikian, tidak sedikit yang setuju dengan wacana ini. Satu di antaranya adalah Direktur Sekolah Alam Ar Rido, Mia Inayati Rahmaniah. Menurutnya, jika pihak sekolah bisa mengelola dan menerapkan sistem lima hari sekolah dengan baik, maka tujuan pembelajaran akan tercapai. Anak tidak akan bosan belajar di sekolah yang selalu berada di dalam ruangan. “Saya mencontohkan, sistem pembelajaran di Ar Rido, anak diajak belajar di luar kelas agar tidak bosan dan mampu menangkap pelajaran dengan mudah.”

Menimbang rencana pemberlakukan 5 hari sekolah di Jawa Tengah, semua pihak perlu duduk bersama dan tidak terburu-buru. Wacana ini perlu kajian komprehensif melalui uji coba dan evaluasi untuk menemukan formulasi kebijakan yang bisa dipertanggungjawabkan. Jika asal beda, atau sekadar ingin ”monumental”, tentu gampang diubah lagi di kemudian hari. Substansi yang perlu disadari, sekolah merupakan rumah kedua bagi anak-anak sebagai tempat pendidikan selain di rumah dan lingkungan sekitarnya. Pelajar merupakan investasi tak ternilai sehingga semua kebijakan harus dengan pertimbangan matang dan bukan untuk coba-coba. (HeriCS/IdolaFM)