Kemenristek Dikti: Politeknik Perlu Pemfokusan Program Studi Agar Terarah

Semarang, Idola 92.6 FM – Dari tahun 1995 sampai 2016, Indonesia memiliki 43 pendidikan vokasi Politeknik. Dari jumlah itu baru 12 diantaranya yang sudah fokus terhadap salah program studi pendidikan untuk menjadi unggulan.

Beberapa Politeknik yang sudah fokus antara lain Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya, serta Politeknik Maritim Negeri Indonesia di Semarang. Demikian diungkapkan Direktur pembinaan kelembagaan pendidikan tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Totok Prasetyo.

Dalam Internasional Consortium Seminar “Mobilizing International Partnership” yang diikuti 22 Politeknik Negeri se-Indonesia, Sabtu (5/11/2016) di Grand Candi Hotel Semarang, Ia menyatakan Politeknik sebagai pendidikan vokasi harus menunjukkan perannya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) penyuplai dunia industri.

“Politeknik butuh arah yang jelas. Fokus Politeknik sendiri untuk mengembalikan arahnya sebagai pendidikan vokasi. Selama ini nampaknya studi pendidikan Politeknik belum fokus, makannya perlu keunggulan khusus yang harus ditonjolkan selain program studi yang lain dan tidak mematikannya,” katanya.

Saat ini untuk menambah daya gedor Politeknik sebagai pencetak SDM, Politeknik sudah menerapkan porsi pembelajaran 60 persen praktik, dan 40 persenya teori. Namun kedepan jelas, Totok presentase akan diubah, yakni 70 persen praktik dan 30 persen teori.

Disamping itu, penyerapan tenaga pendidik dari kalangan industri diprioritaskan dengan jumlah diatas 50 persen, terlebih dengan peraturan baru yaitu Permenristek Dikti no 26 tahun 2015 tentang NIDK atau Nomor Induk Dosen Khusus. Karena dosen dengan pengalaman industri yang cukup tentunya mampu lebih baik dalam memberikan kualitas pengetahuannya.

“Kurikulum dimulai pada 2017, saat ini sedang digodok. Porsinya kedepan dengan Peraturan Menteri itu kita sudah mengakomodasi orang-orang dari Industri, Pemerintahan, serta Praktisi untuk menjadi dosen. Orang-orang yang sudah memiliki jabatan tinggi di perusahaanya dan sudah kenyang pengalaman pekerjaan memiliki keinginan untuk mengajar, inilah yang semestinya ditangkap oleh perguruan tinggi Politeknik,” ujarnya.

Kerjasama Dengan Dunia Usaha

Kedepan, disamping semua itu pihaknya berharap industri melalui Kamar Dagang dan Industri (Kadin) untuk bekerjasama memberikan data kepada pemerintah terkait kebutuhan SDM seperti apa yang diharapkan industri.

Fungsinya, agar kolaborasi antara industri dan pemerintah ini untuk menjawab keinginan dunia usaha berhasil. Adapun yang dimaksud adalah apa, ataupun berapa porsi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh dunia usaha, kemudian Politeknik yang akan mencetak SDM yang diperlukan itu.

Kepala Kantor Urusan Internasional Politeknik Negeri Semarang Lusia M Silitonga menambahkan Politeknik memiliki pasar yang berbeda dibanding lulusan dari perguruan tinggi lainnya sehingga tidak perlu khawatirkan kemana lulusan diserap.

Namun untuk menuju daya saing internasional, butuh juga kerjasama luar negeri di bidang pendidikan seperti pertukaran pelajar atau untuk studi dengan strata lebih lanjut. Namun penataan kurikulum saat ini masih menjadi kendala dalam kerjasama internasional.

“Kewenangan membuat kerjasama yang lebih detail berada di kepala program studi. Sekarang kita menggunakan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang telah diset oleh dikti untuk kurikulum. Jadi ketika perbaikan kurikulum ada peluang untuk melakukan kerja sama di luar negeri,” katanya.

Sementara ditambahkan, Politeknik Negeri Semarang (Polines) pada saat ini juga berada di jalur pemfokusan. Seperti program studi Enginering dan International Bisnis Management. Namun yang dimaksud ialah menonjolkan salah satu prodi dengan tidak meninggalkan prodi yang lain. (Diaz A)