Menyongsong Tahun 2017: Bagaimana Indonesia Menghadapi Dinamika Perubahan Tata Dunia Yang Begitu Cepat

Semarang, Idola 92.6 FM – Perubahan tata dunia yang berlangsung begitu cepat, terutama dalam ideologi, seolah membalikkan asumsi bahwa ideologi sudah mati. Stimulus yang begitu masif, dalam mendorong kekuatan ideologi ke arah blok-blok yang berseberangan secara diametrikal, menempatkan Indonesia dalam posisi yang kian sulit. Mencermati perkembangan yang terjadi belakangan ini, tidak bisa dinafikan, Indonesia akan menjadi ajang perebutan pengaruh bagi tiga kekuatan besar yang semakin menyulitkan. Tanpa kerja yang sangat keras dari pemerintah, parlemen dan semua komponen masyarakat untuk secepatnya merumuskan langkah yang tepat, Keindonesiaan sebagai wujud dari mimpi persatuan atas keberagaman akan berada dalam titik yang kian kritis.

Merujuk pada Laporan Akhir Tahun Kompas (19/12), tiga kekuatan yang diprediksi akan semakin besar itu adalah kekuatan ideologi proteksionis sekuler setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden di Amerika Serikat, kekuatan jejaring ideologi Islam transnasional, dan kekuatan ideologi pasar bebas yang sangat mungkin dikomandani Tiongkok. Ketiganya jalin-menjalin dengan kepentingan lokal yang memunculkan varian-varian baru serta membentuk kepentingan yang tidak tunggal.

Nah, bagaimana Indonesia menghadapi tantangan perubahan tata dunia yang begitu cepat? Langkah nyata apa yang bisa dilakukan pemerintah untuk membentengi gempuran ideologi, dan ekonomi dunia? Bagaimana pula menangkal kekuatan jejaring ideologi Islam transnasional, dan kekuatan ideologi pasar bebas yang sangat mungkin dikomandani Tiongkok?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof Dr Hikmahanto Juwana (Guru Besar Hukum Internasional UI) dan Prof Syamsudin Haris (peneliti senior pada Pusat Penelitian Politik (P2P) LIPI). (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: