Praktisi Nilai Konservasi Tinggi Masih Terbatas

Semaramh, Idola 92.6 FM – Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY) menyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan Biologi dan Biologi, baru-baru ini di fakultas setempat.

Seminar ini menghadirkan pembicara Nita Kartika dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Riza Arief Putranto dari Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri Indonesia Bogor, dan Ninil Jannah dari Direktur Eksekutif Asosiasi Lingkar.

Dalam sambutannya Wakil Dekan I FMIPA UNY, Slamet Suyanto menerangkan bahwa konservasi sekarang menjadi tema yang sangat penting. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Kenaikan jumlah penduduk membuat jumlah kendaraan bermotor naik. Jumlah kendaraan bermotor di dunia mencapai 1,2 Milyar pada tahun 2016 dan meningkat terus dengan sangat cepat.

Menurutnya, di Indonesia 90 persen mahasiswa menggunakan sepeda motor. Sedangkan di Jepang 90 persen mahasiswa menggunakan sepeda. Akibatnya polusi udara di Indonesia meningkat dengan cepat.

Terkait dengan Konservasi, hal yang paling penting terutama untuk mahasiswa biologi dan pendidikan biologi yaitu menjaga keharmonisan alam.

“Di Yogjakarta kita dikaruniai Tuhan dengan alam yang luar biasa yaitu di sebelah selatan ada pantai, di tengah ada dataran, lalu di sebelah utara ada gunung. Jadi ini karunia yang luar biasa, masing-masing mempunyai ekosistem yang berbeda-beda. Sehingga ini harus dijaga oleh para mahasiswa biologi. Sehingga kita mempunyai tanah yang kita kelola untuk bio konservasinya,” ujar Slamet.

Pembicara, Ninil Jannah, menjelaskan, saat ini di Indonesia, Asia Tenggara, dan Papua Nugini, para praktisi dan profesional yang memiliki keahlian dan pengalaman lapang dalam pelaksanaan kajian penilaian Nilai Konservasi Tinggi (NKT) serta implementasi pengelolaan dan monitoring NKT masih terbatas jumlahnya.

Khususnya situasi di Indonesia, pada aspek teknis keanekaragaman hayati dan jasa ekosistem bahkan masih didominasi oleh para penilai lapangan dan penasehat ahli ekspatriat (bukan warganegara Indonesia).

Pada sisi yang berbeda, disiplin ilmu biologi-konservasi di Indonesia, memiliki potensi besar untuk mengembangkan situasi pasar tenaga kerja dan profesi untuk memenuhi kebutuhan berkaitan dengan implementasi pendekatan NKT di Indonesia dan Asia Tenggara.

“Perguruan tinggi yang memberikan layanan pendidikan di disiplin biologi-konservasi sudah saatnya meninjau kembali standar kompetensi dan kompetensi lulusan mata-kuliah yang relevan dengan pendekatan NKT – untuk menangkap peluang kebutuhan tenaga kerja dan profesional di bidang ini,” tuturnya.

Peninjauan kembali dimensi pembelajaran yang meliputi substansi, metode dan lingkungan belajar, serta hasil belajar yang dapat mempromosikan pencapaian kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam bidang kerja yang terkait pendekatan NKT yaitu kajian penilaian, pengelolaan, dan monitoring. (Witono/Diaz A)