Sebagai Kota Berkembang, Semarang Perlu Perencanaan Pedestrian Yang Ramah

Semarang, Idola 92.6 Fm – Dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) perlu upaya serius dari Pemerintah Kota Semarang dalam merencanakan infrastruktur jalur pedestrian untuk pejalan kaki serta kaum difable. Terlebih, Kota Semarang sudah menjadi salah satu kawasan pusat bisnis yang berkembang.

Pengamat tata kota dari Universitas Pandanaran Semarang (Unpand), Gatoet Wardianto belum lama ini menjelaskan kota-kota di Indonesia harus mengikuti standar wilayah modern, termasuk kota Semarang.

“Kota modern merupakan kota yang memiliki konsep berkelanjutan, ramah untuk pejalan kaki, serta pedestrian yang berkesinambungan dengan layanan transportasi publik yang baik pula. Ini bertujuan agar wisatawan yang datang nyaman dan tertarik untuk berkunjung kembali ke Indonesia.” Urai Gatoet.

Ia menilai, masih minimnya sarana trotoar jalan yang layak menurunkan minat penduduk kota untuk berjalan kaki dalam beraktivitas. Apalagi hal itu diperparah dengan banyak trotoar yang dialih fungsikan sebagai areal pedagang kaki lima (PKL).

“Keberadaan trotoar yang aman dan nyaman merupakan salah satu faktor daya tarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah daerah. Namun sayangnya, belum semua daerah memperhatikan dengan sungguh-gungguh keberadaan trotoar.” Imbuhnya.

Dicontohkan, beberapa trotoar di Kota Semarang belum ramah terhadap para penyandang difabel, misalnya trotoar di Jl pemuda yang kurang ramah bagi kaum difabel karena ditemukan penataan tanda ubin yang menyulitkan, terutama di sekitar obyek wisata Lawang Sewu.

Mulai diliriknya Kota Semarang sebagai salah satu kota yang banyak dikunjungi turis mancanegara menjadi momentum untuk membenahi tata kota dan ruang publik.

Sebagai salah satu kota Smart City, Semarang tak boleh cepat puas dengan pembangunan yang ada. Harus terus berbenah dan menata diri serta tetap mengedepankan aspek kota yang ramah bagi pejalan kaki dan ramah lingkungan. (Alif R/Rangga/Diaz A)