Distanbun: Gapoktan Cabai Magelang Mampu Redam Gejolak Harga di Pasar

Petani memetik cabai merah besar di Desa Padas, Kec. Dagangan, Kab. Madiun, Jatim, Senin (26/5). Harga cabai merah besar di tingkat petani merosot dari kisaran Rp 15 ribu-Rp 20 ribu/kg menjadi Rp 8 ribu/kg. ANTARA FOTO/Siswowidodo/ama/14

Semarang, 92.6FM-Pemerintah pusat menunjuk Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Giri Makmur Kabupaten Magelang, untuk menstabilkan harga cabai di pasaran yang menembus harga Rp100 ribu per kilogram. Yakni, dengan menggelontorkan paket bibit cabai, pestisida dan pupuk sejak 2016 kemarin.

Hasilnya, panen cabai yang dilakukan Gapoktan Giri Makmur Kabupaten Magelang itu, mampu meredam gejolak kenaikan harga. Upayanya, dengan ikut menyumbang operasi pasar dan menjual cabai seharga Rp20 ribu per kilogram di pasar-pasar tradisional.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Jawa Tengah Yuni Astuti mengatakan, Gapoktan Giri Makmur Kabupaten Magelang pimpinan Tunov itu menjadi proyek uji coba, dan jika berhasil maka akan dilakukan replikasi di daerah lain. Menurutnya, Gapoktan Giri Makmur Kabupaten Magelang mampu mengatur waktu tanam dan panen cabai, sehingga stok cabai tetap tersedia dan mampu meredam gejolak harga cabai. Sehingga, pola tanam yang dilakukan Giri Makmur Kabupaten Magelang akan coba diterapkan di daerah sentra penghasil cabai lainnya di wilayah Jawa Tengah.

“Kalau suatu saat pemerintah butuh untuk operasi pasar cabai, maka tinggal ambil dari kelompok Giri Makmur pimpinan Pak Tunov. Petani bisa menjualnya dengan harga rasional kalau memang diperlukan untuk operasi pasar cabai,” jelas Yuni Astuti, Sabtu (21/1).

Yuni menjelaskan, sebenarnya di Jawa Tengah tidak perlu resah dengan kenaikan harga cabai, sebab ketersediaannya ada. Sejumlah daerah sentral penghasil cabai di Jawa Tengah, di hamparan seluas 2.500 hektare siap untuk dipetik. Hanya saja, kendalanya adalah ketika akan dipetik turun hujan, sehingga petani cabai enggan melakukannya dan menunda ketika hari cerah. (Bud)