Indonesia Defisit 17 Ribu Profesor, Apa Dampaknya Dan Bagaimana Jalan Keluarnya?

Semarang, Idola 92.6 FM – Di tengah upaya bangsa ini memperbaiki mutu pendidikan serta meningkatkan daya saing, kita dihadapkan pada persoalan kekurangan profesor hingga mencapai 17 ribu orang. Kebutuhan dosen bergelar guru besar (profesor) di Indonesia mencapai 22 ribu orang. Tetapi jumlah profesor yang tersedia saat ini baru 5.389 orang.

Merujuk pada Jawa Pos (6/6), Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti Kemenristekdikti Ali Ghufron Mukti menjelaskan, beragam cara dilakukan pemerintah untuk mendongkrak jumlah profesor seperti dengan mengubah total skema dari manual menjadi online. Sehingga pengajuan guru besar yang semula dua sampai enam tahun kini tinggal dua bulan saja. Mantan wakil menteri kesehatan itu menjelaskan, pada 2015 lalu jumlah guru besar di Indonesia mencapai 4.600-an orang.

Kemudian setelah dilakukan perubahan birokrasi pengusulan guru besar, dalam dua tahun terakhir bertambah menjadi 5.389 orang. Dia berharap ke depan ada percepatan penambahan jumlah profesor di Indonesia. Ghufron menjelaskan jumlah program studi (prodi) saat ini sekitar 22 ribu orang. Idealnya jumlah profesor sebanding dengan jumlah prodi.

Lantas, bagaimana cara mendongkrak jumlah guru besar di Indonesia sehingga setara dengan kebutuhan? Benarkah defisit jumlah guru besar ini juga dipicu masih rendahnya budaya riset di kalangan perguruan tinggi? Apa sesungguhnya dampak dari kurangnya guru besar bagi dunia pendidikan tinggi?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut nanti Radio Idola 92.6 FM berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Wakil Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro dan Mantan Mendiknas/Guru Besar ITS Prof M. Nuh. (Heri CS)

Berikut Perbincangannya: