Apa yang Membuat Sistem Logistik Nasional Belum Efisien?

Semarang, Idola 92.6 FM-Interkoneksi antarwilayah terus dioptimalkan pemerintah. Menyusul kenaikan indeks daya saing dan kemudahan berusaha, Indonesia juga mencatat perbaikan indeks logistic. Sayangnya, ini tak dibarengi turunnya biaya logistik. Tingginya biaya logistik tersebut juga berimbas pada mahalnya barang-barang yang dibeli oleh konsumen. Diketahui, Indeks kinerja logistik Indonesia versi Bank Dunia naik tajam dari peringkat ke-63 pada 2016 menjadi ke-46 pada 2018.

Meski mencatat banyak perbaikan, mahalnya biaya logistik masih dikeluhkan pelaku usaha. Selain sulitnya akses transportasi dan infrastruktur yang masih terbatas, mereka juga mengeluhkan naiknya tarif logistik itu sendiri baik dalam bentuk pungutan resmi maupun tidak resmi. Semua ini membuat beban biaya logistik menjadi mahal, mencapai sepertiga total biaya produksi bagi sejumlah industri. Akibatnya, memukul daya saing industri.

Di sisi lain, kelancaran barang juga menjadi penyebab ekonomi biaya tinggi secara nasional. Problem logistik menyebabkan harga barang kebutuhan pokok masyarakat dan barang lain, mulai dari telur ayam hingga semen, sangat timpang antar wilayah dan ongkos mengangkut sapi dari NTB, 40 persen lebih mahal dibandingkan dari Australia. Mahalnya, logistik tecermin dari kontribusi biaya logistik yang masih 24 hingga 25 persen dari PDB.

Lantas, di tengah berbagai upaya keras pemerintah Jokowi-JK untuk mengurai persoalan logistik nasional, kenapa biaya logistik masih tinggi? Apa yang membuat perbaikan indeks logistic tak segaris-lurus dengan turunnya biaya logistik? Di mana pokok persoalannya–apa yang miss dengan perbaikan yang telah dilakukan? Mahalnya biaya logistik ini—benarkah ini menunjukkan belasan paket kebijakan ekonomi nasional belum sepenuhnya berhasil menunjang iklim investasi nasional?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Adi S Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia) dan Supriyono (Ketua Aptrindo Jateng). [Heri CS]

Berikut diskusinya: