Bagaimana Meningkatkan Kualitas Publikasi Ilmiah agar Makin Berdaya Saing?

Semarang, Idola 92.6 FM – Jumlah publikasi ilmiah Indonesia yang terindeks Scopus di skala Asia Tenggara terus meningkat. Secara kuantitas, jumlah publikasi Indonesia menempati urutan kedua di ASEAN setelah Malaysia. Pada Triwulan pertama 2018, Indonesia diklaim berhasil menggeser Singapura. Berdasarkan data publikasi internasional ASEAN yang terindeks Scopus per 6 April 2018, Indonesia memiliki 5.125 publikasi. Jumlah tersebut lebih tinggi dari Thailand dan Singapura.

Peningkatan jumlah publikasi internasional para peneliti Indonesia memang menggembirakan. Namun, ada tantangan lain yang tidak mudah yakni membuat publikasi ilmiah disitasi atau dikutip banyak orang. Sebab, tidak banyak peneliti Indonesia yang bisa menembus ke-100 hingga 200 top jurnal ilmiah dunia.

Terkait hal itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir menyatakan, peningkatan kuantitas publikasi ilmiah internasional Indonesia harus berbanding lurus dengan kualitasnya. Untuk menggeser posisi Thailand kita membutuhkan sekitar 20 tahun yang kita capai tahun lalu. Saat ini, kita bisa lebih unggul atas Singapura. Hal ini merupakan pencapaian yang sangat bagus bagi Indonesia.

Lantas, bagaimana meningkatkan kualitas publikasi ilmiah agar makin berdaya saing? Bagaimana pula agar kuantitas publikasi ilmiah Indonesia berkorelasi dengan mutu, output dan outcame yang berdampak pada peningkatan produktivitas di sektor ekonomi dan penciptaan nilai tambah? Apa pula sesungguhnya tantangan dan hambatan perguruan dalam mencapai hal itu semua?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr. Muhammad Dimyati (Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti) dan Prof Panut Mulyono-Rektor UGM Yogyakarta. [Heri CS]

Berikut diskusinya: