Bagaimana Menyusun Peta Jalan Menuju “World Class University”?

Semarang, Idola 92.6 FM – Presiden Joko widodo baru-baru ini kembali melontarkan kekecewaannya atas kinerja perguruan tinggi di Indonesia yang dianggapnya belum performed menuju jajaran universitas berkelas dunia (World Class University). Di depan 112 rektor perguruan tinggi yang ditemui di Istana Negara beberapa waktu lalu, presiden mengeluhkan ketidakmampuan perguran tinggi melakukan terobosan-terobosan akademik yang inovatif dan responsive atas perubahan zaman yang sangat cepat.

Terkait hal ini, dalam sebuah opini di harian Kompas (2/11/2018) berjudul “Ihwal PT Berkelas Dunia”, Guru Besar dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya-Masdar Hilmy menyatakan, tanpa mengecilkan berbagai upaya yang telah ditempuh selama ini, berharap perguruan tinggi kita menjadi universitas berkelas dunia tampaknya espektasi berlebihan. Sebab, Perguruan tinggi kita tak diciptakan untuk berkelas dunia! Masdar beralasan, hal itu karena universitas kita banyak dikerangkeng berbagai faktor penghambat ketimbang faktor pengungkit. Selama tidak ada terobosan radikal, inovatif, dan di luar kotak, jangan harap Indonesia akan memiliki World Class University sebagaimana diharapkan bersama.

Diketahui, selama ini pemerintah telah memberikan ruang lebih leluasa bagi 11 PTN di bawah Kemenristek Dikti melalui status PTN Berbadan Hukum. Mereka antara lain: UI, UGM, ITB, IPB, Universitas Brawijaya dan Airlangga. Memang ada geliat menuju World Class University namun peta jalan yang telah dibuat tak membuat mereka segera lepas landas menuju World Class University. Pergerakan mereka tak secepat kampus-kampus di Asia seperti Jepang, Singapura, China dan Korea Selatan.

Lantas, melihat kondisi ini, bagaimana menyusun peta jalan agar perguruan tinggi kita mampu menuju “World Class University”? Apa sesungguhnya faktor penghambatnya? Pelajaran apa yang mesti dipetik dari perguruan tinggi di Negara tetangga yang sudah masuk dalam lingkaran Wolrd Class University? Terobosan apa pula yang mesti segera kita siapkan?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Dr. Muhammad Dimyati (Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Ristek dan Dikti dan Prof Masdar Hilmy (Guru Besar & Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya). [Heri CS]

Berikut diskusinya: