Mencari Terobosan Memperbaiki Kualitas Pendidikan SMK

Semarang, Idola 92.6 FM – Indonesia merupakan negeri yang bisa diibaratkan seperti kapal besar yang membawa penumpang begitu banyak. Dari 265 juta penumpang yang berada di dalam lambung kapal pada 2018 ini, lebih dari separuhnya—atau 133,9 juta masuk kategori angkatan kerja dan yang tercatat bekerja hanya berjumlah 127,7 juta.

Ironisnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2018 dari 127,7 juta penduduk yang bekerja ini hampir 60 persen (75,99 juta) hanya berpendidikan SMP ke bawah. Artinya, kapal besar ini berisi para pekerja dengan pengetahuan dan ketrampilan sangat terbatas. Belum juga kita terpana dengan data ini, dahi kita pun berkerut membaca statistik BPS yang mengindikasikan bahwa dengan meningkatnya tingkat pendidikan, tidak serta merta mereka mudah mendapatkan pekerjaan.

Tingkat pengangguran terbuka di kalangan angkatan kerja berpendidikan sekolah menengah atas justru lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang memiliki tingkat pendidikan di bawahnya. Bahkan, yang mengejutkan, mereka yang berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tingkat pengangguran terbuka tertinggi yakni: 8,92 persen. Ini sebenarnya sangat ironis di tengah kita yang sebentar lagi akan menyongsong Puncak Bonus Demografi 2020-2030.

Imam B Prasodjo, Direktur Yayasan Nurani Dunia.

Melihat data ini, Sosiolog UI yang juga Direktur Yayasan Nurani Dunia-Imam B Prasodjo dalam opininya di Kompas Sabtu (22/09/2018) lalu menyatakan, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penyelenggaraan pendidikan SMK masih jauh dari kualitas yang diharapkan. Tak tertutup kemungkinan, materi ajar yang diberikan di SMK pada umumnya kurang sesuai (mismatch) dengan tuntutan lapangan pekerjaan yang ada.

Lantas, di tengah penyelenggaraan pendidikan SMK yang dinilai masih jauh dari kualitas yang diharapkan-terobosan seperti apa yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi ini? Apa yang miss dalam upaya menyiapkan lulusan yang berdaya saing dengan materi ajar yang diberikan di SMK? Benarkah ini juga karena sistem pengajaran yang diberikan banyak yang tak efektif—sehingga banyak lulusan SMK yang tak mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Imam B Prasodjo (Sosiolog Universitas Indonesia/ Direktur Yayasan Nurani Dunia) dan Dr. M Bakrun (Direktur Pembinaan SMK Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendibud). [Heri CS]

Berikut diskusinya: