Pendidikan Berparadigma Induktif, Seberapa Mungkin Pemikiran Ini Diimplementasikan dalam Dunia Pendidikan Kita?

Semarang, Idola 92.6 FM – Korupsi menjadi salah satu musuh besar bangsa yang hingga saat ini masih sulit ditumpas. Upaya KPK menggandeng birokrasi dan perguruan tinggi diwujudkan melalu Rapat Kerja Nasional Pendidikan Antikorupsi baru-baru ini. Acara ini mencerminkan upaya mendekatkan pendidikan dengan problematika bangsa yang kian mengakar yakni Korupsi.

Dalam konteks ini, dunia pendidikan kita memang sudah selayaknya hadir sebagai solusi atas berbagai persoalan yang dihadapi negeri ini. Bukan hanya korupsi, pendidikan kita juga harus mampu menyediakan solusi atas segudang persoalan lain, seperti ancaman disintegrasi bangsa, intoleransi, maraknya ujaran kebencian dan berita bohong, serta sampah plastik dan semacamnya.

Dan, terkait ini, menurut Guru Besar dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya Prof Masdar Hilmy dalam sebuah opini di harian nasional menyoroti urgensi perubahan paradigma pendidikan kita dari deduktif ke induktif. Menurut Prof Masdar, dalam Kompas (17/12/2018)salah satu penjelasan mengapa pendidikan kita tidak mampu membongkar berbagai problematika bangsa adalah karena kuatnya cengkeraman nalar deduktif dalam pembelajaran.

Pendidikan kita terlalu menekankan pada transmisi atau transfer of knowledge secara top down, tidak bottom up. Proses pembelajaran terlalu menekankan pada proses resepsi atau penerimaan peserta didik atas materi pembelajaran yang sudah jadi. Model pembelajaran semacam ini tentu saja kurang mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau high-order thinking skills.

Mestinya, menurut Prof Masdar, pendidikan kita lebih banyak mengembangkan aspek produksi ilmu pengetahuan melalui latihan-latihan high-order thinking skills seperti berpikir analitis-kritis, imajinasi kreatif, inovasi, bahkan invensi. Sayangnya, aspek-aspek high-order thinking skills semacam ini relatif absen dari pembelajaran kita. Yang banyak dipraktikkan adalah materi pembelajaran yang mengandalkan kemampuan berpikir tingkat rendah-low order thinking skills seperti menghafal. Akibatnya, penguasaan materi hanya bersifat kognitif verbatim dan berbalistik, tidak menukik ke jantung persoalan.

Lantas, di tengah berbagai persoalan bangsa, seberapa urgen pendidikan berparadigma Induktif diimplementasikan dan apa pula tantangannya? Selain itu, apa prasyarat yang mesti dipenuhi untuk mewujudkannya? Sudah siapakah perangkat system penunjangnya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Prof. Masdar Hilmy (Guru Besar dan Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya) dan Mohammad Abduhzen (Direktur Eksekutif Institute for Education Reform Universitas Paramadina). (Heri CS)

Berikut diskusinya: