Bagaimana Mengedukasi Publik agar Tak Mudah Tergiur Bujuk Rayu Beasiswa Gratisan yang Mudah Diraih?

Semarang, Idola 92.6 FM – Ratusan mahasiswa Indonesia yang ikut program kuliah sambil magang di Taiwan merasa tertipu. Sebab, mereka justru dipekerjakan secara paksa di pabrik-pabrik dengan upah minim. Sekitar 300 mahasiswa yang berusia di bawah 20 tahun itu diduga menjadi korban kerja paksa di Taiwan. Mereka diduga kuat diperdaya melalui program magang antara kampus yang bekerja sama dengan sejumlah perusahaan.

Berdasarkan hasil investigasi salah satu anggota parlemen Taiwan dari Partai Kuomintang (KMT), Ko Chih-en, ratusan mahasiswa Indonesia itu terdaftar kuliah di Universitas Hsing Wu di Distrik Linkou, Taipei. Ratusan pelajar RI itu disebut masuk perguruan tinggi tersebut melalui pihak ketiga atau perantara. Menurut laporan China Times seperti dikutip surat kabar Taiwan News, Rabu (02/01/2019), mereka menempuh kelas internasional khusus di bawah Departemen Manajemen Informasi sejak pertengahan Oktober 2018.

Ko menuturkan dalam sepekan para mahasiswa itu dikabarkan hanya belajar di kelas selama dua hari. Setelah itu mereka bekerja empat hari di pabrik selama 10 jam, dan mendapat jatah satu hari untuk libur. Terkait ini, pemerintah sedang menelusuri hal itu. Lantas, berkaca pada peristiwa ini, bagaimana mengedukasi publik agar tak mudah tergiur bujuk rayu beasiswa gratisan yang mudah diraih? Dalam situasi semacam ini, bagaimana mestinya negara turut hadir dalam mengantisipasi hal-hal semacam ini? Upaya antisipasi apa yang mesti dilakukan agar hal ini tak kembali terjadi? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Dirjen Pendidikan Tinggi 1999-2007 yang juga Guru Besar ITB Prof Satryo Soemantri Brodjonegoro. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Artikel sebelumnyaCegah Kanker Serviks, Iriana Joko Widodo Ajak Perempuan Rutin IVA Test
Artikel selanjutnyaMemaknai Simbol Borgol, Seberapa Signifikan Pemborgolan Tahanan KPK Menambah Efek Jera bagi Publik?