Bagaimana Mengoptimalkan Gerakan Literasi Sekolah di Tengah masih minimnya Bahan Bacaan?

Semarang, Idola 92.6 FM – Dua tahun Gerakan Literasi Nasional (GLN), para pegiat literasi masih berjibaku meningkatkan minat baca masyarakat. Ketersediaan bahan bacaan yang sesuai dengan kelompok umur, minat dan lokasi merupakan tantangan yang belum bisa sepenuhnya diatasi. Minimnya bahan bacaan dikeluhkan oleh para pegiat literasi dari 34 provinsi. Sebanyak 120 pegiat literasi berkumpul di Jakarta pada Senin 8 hingga 14 April mendatang untuk mengikuti bimbingan teknis dari Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Mayoritas buku yang ada di perpustakaan sekolah adalah buku teks pelajaran yang dibeli oleh dana Bantuan Operasional Sekolah.

Lantas, bagaimana sejauh ini progres Gerakan Literasi Nasional yang menyasar sekolah-sekolah? Apa yang sudah dan belum optimal sejauh ini? Apa tantangan terbesar dalam Gerakan Literasi Nasional? Baru-baru ini dalam pertemuan pegiat literasi dari 34 provinsi untuk mengikuti bimbingan teknis dari Badan Pengembangan Bahasa terkuak bahan bacaan minim menjadi salah satu faktor yang membuat gerakan ini masih belum optimal. Nah, bagaimana mengoptimalkan GLN di tengah masih minimnya Bahan Bacaan? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Praktisi Pendidikan/ penggerak perpustakaan bergerak/ pegiat literasi Maman Suherman. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: