Bagaimana Meningkatkan Literasi Pangan dan Gizi?

Semarang, Idola 92.6 FM – Minimnya literasi pangan dan gizi yang baik menghambat penanggulangan stunting. Untuk itu, sistem pendidikan anak usia dini yang holistik integratif perlu diterapkan disertai sosialisasi pendidikan pangan dan gizi di masyarakat terutama orang tua demi memenuhi kebutuhan gizi pada anak.

Merujuk Kompas (27/05/2019), hasil riset oleh Pusat Studi Regional Pangan dan Gizi Asia Tenggara (SEAMEO RECFON) menunjukkan Indonesia adalah negara dengan jumlah stunting terbanyak kedua setelah Timor Leste di Asia Tenggara. Stunting merupakan pertumbuhan anak di bawah standar karena kurang gizi kronis. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi stunting Indonesia 30,8 persen di atas prevalensi global 21 persen. Penyebab utamanya adalah ketidaktahuan warga terkait pemberian asupan bergizi dan pola makan baik.

Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan SEAMEO CECCEP atau Pusat Pendidikan Anak Usia Dini dan Parenting Asia Tenggara Edi Rukmana menjelaskan, budaya Indonesia condong pada pemahaman makan untuk mengenyangkan perut. Jadi, makanan bukan menjadi sumber energi dan penjamin mutu kesehatan. Ada tradisi di sejumlah daerah bahwa makanan enak, seperti ayam, untuk ayah, kadang juga anak laki-laki. Sementara, ibu dan anak perempuan makan seadanya sehingga gizi tak tercukupi.

Untuk itu, diversifikasi pangan mesti diperkuat. Warga diajak memaksimalkan pangan lokal yakni mencukupi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serat, zat besi dan seng dari berbagai sumber pangan sekitar.

Lantas, apa saja faktor yang membuat masih banyaknya kasus stunting pada anak-anak kita? Bagimana meningkatkan literasi dan gizi masyarakat terutama orangtua di masyarakat? Pemerintah juga terus berupaya mengatasi problem ini, kenapa seolah belum optimal? Pada bagian mana yang masih perlu dioptimalkan? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Pusat Pendidikan Anak Usia Dini dan Parenting Asia Tenggara (SEAMEO CECCEP) Edi Rukmana. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: