Bagaimana Mestinya Sistem Pendidikan Kita agar Mampu Menghadapi Revolusi Industri 4.0 dan Menyongsong Indonesia Emas 2045?

Semarang, Idola 92.6 FM – Sumber Daya Manusia (SDM) sangat menentukan dalam mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan. SDM yang unggul lahir dari proses pendidikan yang berkualitas dan relevan terhadap perubahan. Kita mengapresiasi visi Presiden Joko Widodo yang pada periode keduanya nanti akan menitikberatkan pada pembangunan SDM. Namun, itu tak akan bermakna apa-apa manakala sistem pendidikan kita belum beradaptasi dengan perubahan zaman. Zaman telah berubah—yang tak beradaptasi akan mati.

Sejumlah kalangan menilai, sistem pendidikan kita masih belum lincah beradaptasi dengan perubahan. Sistem pendidikan di Indonesia harus diubah agar mampu menghadapi Revolusi Industri 4.0. Sebab, sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih rendah. Merujuk pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index, rangking Indonesia masih tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Kita ranking 36 dari 114 negara. Bandingkan dengan Korea Selatan yang berada di ranking 14, dan Singapura ranking 2.

Dan, dunia kini memasuki era Revolusi Industri 4.0 yang ditandai dengan perkembangan teknologi yang terintegrasi dengan jaringan internet atau intenet of things, big data, cloud computing, artificial inteligence hingga machine learning. Maka, jika kemajuan teknologi tidak diimbangi dengan penguatan kapasitas modal SDM/ maka kemajuan teknologi akan mengganggu, bahkan mengancam keberadaan manusia. Apalagi, ke depan –26 tahun lagi kita menyongsong Indonesia Emas 2045 atau Se Abad usia Indonesia merdeka.

Lalu, melihat fenomena ini, hal-hal apa saja yang mesti diubah dan disesuaikan dalam system pendidikan kita untuk menyiapkan SDM unggul dan menghadapi Revolusi Industri 4.0? Apa pula faktor yang membuat sumber daya manusia (SDM) Indonesia masih rendah? Upaya apa yang mesti dilakukan untuk mengakselerasinya?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Prof Muhadjir Effendy dan Pengamat Pendidikan Nasional dan Sosial Supartono JW. (Heri CS)

Berikut wawancaranya: