Festival Sastra Jawa Tengah Diserbu Ratusan Sastrawan Muda

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Jumeri membuka Festival Sastra di Auditorium RRI Semarang, Sabtu (22/6) malam.

Semarang, Idola 92.6 FM – Pemprov menggelar Festival Sastra Jawa Tengah dengan tema “Jawa Tengah Rumahku” di Auditorium RRI Semarang, Sabtu (22/6) malam. Festival Sastra Jawa Tengah ini baru kali pertama digelar, dan dihadiri puluhan sastrawan muda.

Direktur Anantaka Cultural Trust Anton Sudibyo mengatakan pada masa pendaftaran peserta Festival Sastra dibuka, antusiasmenya sudah luar biasa dan di luar ekspektasi penyelenggara. Sebagai contoh adalah peserta baca puisi yang membludak hingga 170 orang, padahal panitia memberi batasan hanya 80 orang saja mengingat durasi waktu.

Menurutnya, karena banyaknya peserta yang mendaftar menjadikan panitia bekerja keras memfilternya. Sehingga, dari seluruh peserta yang mendaftar disaring dan merepresentasi dari 35 kabupaten/kota di Jateng.

Anton menjelaskan, dari sisi antusiasme pendaftaran peserta bisa dikatakan berhasil dan tahun depan menjadi dasar pelaksanaan berikutnya yang lebih baik lagi. Karena inti dari pelaksanaan kegiatan tersebut banyak sedikitnya peserta, tetapi peningkatan kualitas setiap tahunnya yang berkelanjutan.

“Kita ingin pembinaan seni sastra dilakukan secara berjenjang sejak dini, dari SD sampai mahasiswa dan komunitas yang bergerak di bidang sastra. Kenapa kita sasar usia muda antara 22-30 tahun, karena ini usia belajar dan belum matang,” kata Anton.

Lebih lanjut Anton menjelaskan, jumlah peserta Festival Sastra Jawa Tengah terbanyak berasal dari Kabupaten Kudus yang mencapai 32 orang dan diikuti Jepara 30 orang dan dari Kota Semarang ada 26 peserta.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Jumeri yang hadir dalam acara tersebut menyatakan jika kegiatan sastra melatih ketajaman hati dan kehalusan budi.

Menurutnya, Festival Sastra merupakan sebuah kebutuhan untuk merangsang gairah berkreasi, dan harapannya kegiatan seperti ini bisa dilakukan setiap tahunnya.

“Ini merupakan kegiatan yang sangat penting, karena sastra sebagai bagian dari kebudayaan. Sebab, sering kali sastra dianggap tidak penting. Padahal, di era sekarang ini ketika kita hanya mengejar keunggulan dalam menghadapi revolusi industri, orang hanya mengejar target-target matematis. Tapi hal bersifat kualitatif yang berkaitan kejiwaan sering dilupakan,” ucap Jumeri.

Oleh karena itu, lanjut Jumeri, pihaknya akan lebih memerdalam sastra di kurikulum sekolah melalui pelajaran Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia. Yakni melalui pemahaman penulisan di kalangan peserta didik, dari tingkat SD sampai SMA untuk wadah mengekspresikan kejiwaannya. (Bud)