Memahami Ancaman Punahnya Sejuta Spesies dan Bagaimana Mereduksi Faktor Penyebabnya?

Trenggiling, spesies yang tergolong langka yang kini terancam punah.

Semarang, Idola 92.6 FM – Manusia menghuni planet bumi ini sejatinya tak sendirian. Ada banyak ragam makhluk hidup lain di bumi ini–mulai dari jenis-jenis tumbuhan atau flora hingga beragam fauna. Ini artinya, semua makhluk hidup yang tinggal memiliki hak yang sama: tinggal dengan aman dan nyaman tanpa saling mengganggu satu sama lain. Agar terjadi keseimbangan—lingkaran ekosistem pun mesti terjaga satu sama lain. Apalagi, lingkungan ini sejatinya kita pinjam dari anak-cucu yang kelak mesti dikembalikan.

Namun, terkait ini, kini kita patut prihatin. Keanekaragaman hayati menyusut cepat hingga tingkat mengkawatirkan di banyak Negara, termasuk Indonesia. Kehancuran ekosistem terutama akibat ulah manusia. Kualitas lingkungan global menurun hingga tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga mengancam kehidupan.

Sebagai negara kepulauan dengan ekologi rapuh, Indonesia termasuk paling rentan kehilangan keragaman hayati. Laporan panel ahli Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Service (IPBES) di bawah koordinasi PBB ini memperingatkan, laju kepunahan ragam hayati telah berdampak pada keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup di bumi, termasuk manusia. Saat ini, satu juta spesies tanaman dan hewan menuju kepunahan.

Terkait ini, Guru Besar Biologi Konservasi Universitas Indonesia Jatna Supriatna menilai, laporan IPBES ini harus menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat Indonesia. Kita memiliki keragaman hayati tinggi tetapi kerentanannya juga amat tinggi. Menurutnya, ancaman terbesar terhadap punahnya keragaman hayato di Indonesia adalah karena kegiatan penambangan dan konversi lahan termasuk untuk perkebunan sawit skala besar. Padahal, hilangnya suatu spesies pasti mengganggu keseimbangan alam yang sudah terbentuk ribuan, bahkan ratusan ribu tahun.

Lantas, merespons ancaman punahnya sejuta spesies, bagaimana mereduksi faktor penyebabnya? Jika kegiatan penambangan dan konversi lahan menjadi salah satu pemicunya—langkah nyata apa yang mesti dilakukan pemerintah? Secara cultural, edukasi seperti apa yang mesti ditanamkan pada publik sehingga memunculkan kesadaran bahwa bumi ini harus dijaga bersama?

Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Jatna Supriatna (Guru Besar Biologi Konservasi Universitas Indonesia) dan Riska Darmawanti M.Si (Peneliti Senior Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton)). (Heri CS)

Berikut diskusinya: