Menakar “Gertak” Pemerintah pada Uni Eropa terkait Diskriminasi Produk Sawit Indonesia di Eropa

Sawit

Semarang, Idola 92.6 FM – Pemerintah “menggertak” Uni Eropa terkait diskriminasi produk sawit Indonesia di Eropa. Pemerintah mengancam membatalkan pembelian Airbus produk Uni Eropa. Diketahui sawit atau minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) merupakan komoditas ekspor andalan Indonesia.

Hal itu dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto usai mendampingi Presiden Joko Widodo menerima kunjungan delegasi Dewan Bisnis Uni Eropa-ASEAN (EU – ASEAN Business Council) baru-baru ini.

Menurut Airlangga, Indonesia merupakan konsumen besar Airbus. Hingga saat ini masih ada order 200 unit pesawat. Indonesia adalah salah satu konsumen terbesar Airbus, pabrikan pesawat milik Eropa yang berbasis di Blagnac, dekat Kota Toulouse, Perancis.

Airlangga pun melanjutkan Uni Eropa mendorong Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia dan Uni Eropa. Namun, sawit asal Indonesia terdiskriminasi, terutama untuk biofuel, di mana market Indonesia di Eropa US$ 650 juta dan perdagangan kita di Eropa US$ 31 miliar.

Sementara itu, merujuk Tim Riset CNBC Indonesia (02/12/2019), total order pesawat Airbus dari Indonesia hingga Oktober 2019 mencapai 313 unit sedangkan total delivery mencapai 95 unit. Indonesia menyumbang 5,7% dari total order di kawasan Asia Pasifik. Dari total pemesanan tersebut, maskapai penerbangan Citilink memesan 25 unit, Garuda 58 unit dan terbanyak Lion Air 230 unit.

Nah, apakah ancaman tentang Airbus mampu meningkatkan bargaining position Indonesia? Relasi hubungan antarnegara dikenal dengan prinsip resiprokal, perlakuanmu padaku seperti apa, maka menentukan perlakuanmu padamu seperti apa. Nah, selama ini, bagaimana perdagangan kita dengan Uni Eropa, barang-barang apa saja dari Uni Eropa yang kita konsumsi? Mengurai ini, apa upaya yang tepat dilakukan oleh pemerintah terkait sawit–apakah cukup dengan membendung pembelian produk dari Uni Eropa? Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, radio Idola Semarang mewawancara Dosen FEB Universitas Mercu Buana dan Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Agus Herta Sumarto. (Heri CS)

Berikut wawancaranya:

Artikel sebelumnyaBawaslu Kota Semarang Antisipasi Potensi Pelanggaran Netralitas ASN
Artikel selanjutnyaDinas Kelautan dan Perikanan Jateng Temukan Ribuan Kapal Nelayan Belum Punya Izin Berlayar